Menyambut Kembalinya Kembali Tuhan Yesus
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Go down
avatar
Admin
Admin
Jumlah posting : 387
Join date : 12.02.20
https://tuhan-yesus.forumotion.me

Dapatkah Pengetahuan Benar-Benar Mengubah Nasib? Empty Dapatkah Pengetahuan Benar-Benar Mengubah Nasib?

Fri Feb 12, 2021 6:52 pm
Dapatkah Pengetahuan Benar-Benar Mengubah Nasib?


Aku lahir dari keluarga petani. Orang-orang merendahkan kami karena kami miskin, lalu aku sering dikucilkan dan diperlakukan dingin saat kecil. Setelah mulai bersekolah, aku selalu mendengar guruku berkata "Menjadi seorang cendekiawan berarti menjadi pemuka masyarakat" dan "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu." Jadi, aku bersumpah akan belajar dengan giat, masuk perguruan tinggi, dan membuat mereka yang merendahkan kami melihat apa yang bisa dilakukan gadis desa sepertiku. Aku percaya pengetahuan adalah segalanya, bahwa itu adalah kunci untuk membuka nasib seseorang. Aku tak pernah berpikir gagasan ini akan membawa rasa sakit kepada keluarga kami.

Aku mengikuti ujian masuk perguruan tinggi pada tahun '90-an. Aku bangun pagi dan tidur larut malam, belajar siang dan malam untuk mempersiapkannya. Terkadang aku bahkan melewatkan makan. Aku selalu mendapat peringkat di antara siswa terbaik, jadi guru-guruku memperhatikan pendidikanku. Aku merasa cukup percaya diri. Namun, di luar dugaan, aku gagal ujian. Hal ini membuatku putus asa. Aku tak tahan membayangkan menghabiskan hidupku di desa itu. Namun, mengingat usia tua orang tuaku dan kurangnya dana, aku harus menghadapi kenyataan. Aku harus melupakan mengulang ujian, jadi aku mulai bekerja. Setelah beberapa lama, aku bekerja di sebuah perusahaan desain. Aku harus bekerja lembur setiap hari, tetapi bayarannya sangat rendah. Sedangkan mereka yang berpendidikan dan memiliki ijazah bekerja sedikit, tetapi menerima gaji yang jauh lebih tinggi dan punya kesempatan lebih besar untuk naik jabatan. Tampaknya memiliki pengetahuan dan ijazah memberi orang status dan rasa hormat dari orang lain, yang membuatku makin memuja pengetahuan. Namun, mengetahui bahwa perguruan tinggi bukanlah pilihan bagiku membuatku sakit hati dan tak berdaya.

Aku melahirkan seorang putri pada tahun 2001. Aku menaruh semua impianku yang belum terwujud untuk masuk universitas di pundaknya. Saat dia masih sangat muda, aku memberi tahu dia, satu-satunya cara memiliki masa depan yang lebih cerah adalah dengan giat belajar dan kuliah di perguruan tinggi bagus. Keuangan kami terbatas, tetapi untuk memastikan dia mendapatkan pendidikan yang baik, aku membayari dia ikut les belajar, membeli buku pelajaran, dan mengunduh bahan pelajaran dari internet. Aku juga dengan cermat mempersiapkan jadwal belajar untuknya. Aku memberitahunya apa yang harus dilakukan setelah sekolah, berapa lama waktu untuk mengerjakan PR, berapa lama waktu untuk membaca ... Aku memadatkan jadwalnya. Untuk memastikan dia tahu cara memusatkan perhatian saat belajar, aku melarangnya pergi ke toilet sampai dia belajar selama satu jam. Saat dia belajar, aku biasanya mengawasi dia sepanjang waktu, terkadang sampai tengah malam. Dengan metode mengajar tekanan tinggiku, nilainya sedikit membaik. Namun, aku mendapat telepon tak terduga dari gurunya setelah beberapa saat. Dia berkata: "Anakmu tak konsentrasi di kelas belakangan ini. Dia tak bermain dengan temannya selama jam istirahat dan nilainya menurun, tetapi kami tidak tahu kenapa." Aku tidak ingin memercayai ini. Aku merasakan gelombang kebencian terhadap putriku, berpikir: "Aku sudah berusaha keras untukmu, bersusah payah membantumu belajar. Bagaimana kau bisa mengecewakanku seperti ini? Aku akan memberimu pelajaran saat kau pulang!" Saat dia pulang, aku benar-benar memarahinya panjang lebar. Dia kesal dan berkata aku terlalu menekannya. Dia menangis dan mengunci diri di kamarnya. Aku tak bisa membuatnya keluar. Aku merasa tak berdaya. Aku roboh di sofa sambil menangis dan berpikir: "Bagaimana dia bisa salah memahami semua perhatian yang kutunjukkan kepadanya?" Setelah itu, aku berada di posisi sulit dalam hal pendidikannya. Jika tegas terhadapnya, aku takut dia akan stres, dan siapa yang tahu bagaimana dia akan bereaksi? Namun, jika aku tak tegas, nilainya akan turun dan dia takkan masuk perguruan tinggi. Bagaimana aku bisa memastikan masa depan yang cerah untuknya? Aku hampir tak bisa makan atau tidur memikirkan ini. Suatu hari, aku teringat ibuku dan bagaimana dia membagikan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman denganku. Dia sering kali memberitahuku: "Saat menghadapi kesulitan, kau bisa berdoa kepada Tuhan, dan Dia akan menemukan jalan keluar untukmu." Jadi, aku berdoa dan menceritakan masalahku kepada Tuhan. Aku mulai membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan bergabung dengan kehidupan gereja.

Suatu kali, aku bertemu dengan seorang saudari di jalan. Saat kami mengobrol, aku menceritakan rasa frustrasiku atas pendidikan putriku dengannya. Dia menjawab: "Mendidik anak-anak kita, membudayakan mereka, menunjukkan jalan yang benar, adalah hal yang harus dilakukan orang tua. Kita semua ingin anak-anak kita berkuliah dan unggul. Jadi, aku sangat memahaminya. Namun, entah ini akan terjadi atau tidak bukanlah keputusan kita. Takdir kita ada di tangan Tuhan. Rupa, pekerjaan, pernikahan, pendidikan, keuangan, dan usia kita ... Semua ini diputuskan oleh Tuhan bahkan sebelum kita lahir. Tak ada yang bisa mengubah semua itu. Begitu pun putra dan putri kita. Rupa, karakter, jalan hidup, dan peruntungan mereka tak bisa diubah oleh didikan orang tua mereka. Beberapa orang tua intelek, cerdas, dan cakap. Namun, anak-anak mereka bodoh, tidak kompeten, dan tidak berprestasi. Beberapa orang tua tak berbudaya dan biasa-biasa saja, tetapi anak-anak mereka cerdas, berbakat, dan menonjol. Ini menunjukkan kepada kita apa pun yang kita lakukan, kita tak bisa mengubah takdir kita. Seperti kata mereka: 'Nasib manusia ditentukan oleh Surga.' Kita harus memenuhi tanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita. Namun, kita harus ingat: 'Lakukan yang terbaik dan serahkan sisanya kepada Tuhan.' Dengan begini, kau tak perlu terlalu menderita." Aku tahu yang dia katakan benar. Sebelum pergi, dia menyebutkan dua kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa dan berkata aku harus membacanya.

Firman Tuhan katakan: "Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Melaksanakan peranmu dalam rencana Tuhan dan dalam penentuan-Nya dari semula, engkau memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut." "Orang tahu bahwa mereka tidak berdaya dan tak punya harapan dalam hidup ini, bahwa mereka tidak akan punya kesempatan lain atau harapan lain untuk lebih menonjol dibandingkan kebanyakan orang, dan bahwa mereka tak punya pilihan selain menerima nasib mereka. Dan karenanya, mereka memproyeksikan semua harapan, semua hasrat dan cita-cita mereka yang tak terwujud, ke generasi selanjutnya, dengan harapan bahwa keturunan mereka dapat membantu mereka mencapai impian dan mewujudkan keinginan mereka; bahwa putra-putri mereka akan membawa kemuliaan bagi nama keluarga, menjadi orang penting, kaya, atau terkenal. Singkatnya, mereka ingin melihat kekayaan anak-anak mereka melejit. Rencana dan fantasi orang itu sempurna; tidakkah mereka tahu bahwa jumlah anak yang mereka miliki, penampilan anak-anak mereka, kemampuan anak-anak mereka, dan hal-hal lainnya tidak bisa mereka tentukan, bahwa nasib anak-anak mereka tidak berada di tangan mereka sama sekali? Manusia bukan tuan atas nasib mereka sendiri, tetapi mereka berharap bisa mengubah nasib generasi yang lebih muda; mereka tidak berdaya melepaskan diri dari nasib mereka sendiri, tetapi mencoba mengendalikan nasib putra-putri mereka. Bukankah mereka terlalu memandang tinggi diri mereka sendiri? Bukankah ini kebodohan dan kebebalan manusia?" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan berbicara kepada hatiku. Saat muda, aku selalu bekerja keras mewujudkan impianku untuk kuliah, tetapi meskipun sudah berusaha keras, aku tetap gagal. Saat putriku lahir, perasaan ini mulai muncul lagi. Rasanya seperti kesempatan kedua. Aku menaruh semua harapan untuk hidupku ke pundak putriku. Aku ingin dia belajar, unggul, memiliki masa depan cerah, agar mewujudkan mimpiku untuk diriku. Namun, tetap saja, terlepas dari upayaku, semuanya gagal terwujud. Putriku selalu bijaksana dan berperilaku baik, nilainya pun bagus. Hanya saat aku menekannya, dia mulai tergelincir. Baik nilai sekolah maupun jalan yang dia tempuh dalam hidupnya di luar kendaliku. Itu semua ada di tangan Tuhan. Aku tak bisa mengendalikan takdirku sendiri, apalagi takdir putriku. Aku telah menjadi congkak dan menilai diriku terlalu tinggi. Kesadaran ini membuatku lega.

Setelah itu, aku berhenti mengatur jadwal putriku seperti dulu dan menuntut begitu banyak darinya. Beberapa saat kemudian, saat aku pergi ke sekolah, gurunya berkata: "Putrimu cerdas dan berpotensi besar. Dia seharusnya bisa masuk SMA elite dengan bimbingan belajar. Dengan begitu, masuk perguruan tinggi takkan menjadi masalah." Perkataannya membuat sikapku goyah. Aku tidak peduli putriku menjadi yang terbaik di kelas atau tidak, tetapi aku selalu ingin dia kuliah. Jika tidak, dia akan menghadapi terlalu banyak tekanan di masa depan, dia juga takkan pernah mendapatkan status di masyarakat. Aku memperhatikan suamiku mulai memaksanya untuk belajar, ingin dia menjadi murid terbaik. Saat nilainya bagus, suamiku memberinya hadiah. Jika tidak bagus, dia menghukumnya. Aku tak terlalu setuju dengannya, tetapi aku juga tidak menghentikannya. Aku bahkan berpikir jika metodenya berhasil dan putriku benar-benar unggul, itu akan membawa kehormatan bagi leluhur kami. Namun, perlahan, aku mendapati di bawah tekanan seperti itu, putri kami menjadi antisosial. Dia akan mengurung diri di kamarnya tanpa berbicara dengan kami dan selalu marah kepadaku. Suatu kali, suamiku memarahinya karena gagal menghafal I Ching. Dia sangat kesal sampai lari keluar rumah dan membanting pintu. Kami mencarinya, tetapi tak bisa menemukannya di mana pun. Kami mengkhawatirkan yang bisa terjadi kepadanya, dan segala macam hal terlintas di benak kami: "Apa dia akan mengalami kecelakaan mobil? Apa dia akan melakukan hal bodoh?" Syukurlah akhirnya dia pulang saat larut malam. Sekitar saat itu, aku melihat laporan berita yang membuat jantungku berdebar kencang. Seorang siswa SMP bunuh diri karena tekanan akademis. Aku membuka internet untuk mencari informasi lebih lanjut, dan yang kutemukan sangat menakutkan. Banyak siswa menderita masalah psikologis karena tekanan akademis. Beberapa menjadi antisosial atau kehilangan kemampuan berkonsentrasi, beberapa bahkan bunuh diri. Aku berkeringat dingin dan tidak bisa tidur malam itu.

Keesokan harinya, aku khawatir tentang apa yang harus kukatakan kepada putriku, mengetahui perkataan yang salah bisa membuatnya kabur dari rumah lagi, atau lebih buruk. Aku gelisah selama beberapa hari setelah itu. Sekali lagi, aku harus menelaah pendirianku terhadap pendidikan anakku. Aku selalu memuja pengetahuan serta berpikir mendapatkan pengetahuan dan berkuliah membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah. Namun, putriku depresi karena stres. Aku tidak tahu harus berbuat apa atau bagaimana keadaan bisa menjadi seperti ini. Aku bertanya-tanya mengapa hidup ini penuh dengan penderitaan. Suatu hari dalam saat teduhku, aku menonton dua video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak manusia menemukan ilmu-ilmu sosial, pikiran manusia telah menjadi disibukkan dengan ilmu dan pengetahuan. Kemudian ilmu dan pengetahuan telah menjadi alat yang digunakan untuk memerintah umat manusia, dan tidak ada lagi ruang yang cukup bagi manusia untuk menyembah Tuhan, dan tidak ada lagi suasana yang mendukung penyembahan kepada Tuhan. Kedudukan Tuhan telah turun semakin rendah di hati manusia. Tanpa Tuhan di dalam hatinya, dunia batin manusia gelap, tanpa pengharapan dan hampa. Selanjutnya banyak ilmuwan sosial, ahli sejarah, dan politisi telah bermunculan untuk mengungkapkan teori-teori ilmu sosial, teori evolusi manusia, serta teori-teori lainnya yang bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan menciptakan manusia, untuk memenuhi hati dan pikiran manusia. Dan dengan demikian, mereka yang percaya bahwa Tuhan yang menciptakan segalanya telah menjadi semakin sedikit, dan mereka yang percaya pada teori evolusi menjadi semakin banyak jumlahnya. Semakin lama semakin banyak orang yang memperlakukan catatan tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya pada zaman Perjanjian Lama sebagai mitos dan legenda. Di dalam hati mereka, orang menjadi acuh tak acuh pada martabat dan kebesaran Tuhan, pada prinsip bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas segala sesuatu. Kelangsungan hidup umat manusia dan nasib negara-negara serta bangsa-bangsa tidak penting lagi bagi mereka, dan manusia hidup dalam dunia hampa yang hanya mengurusi makan, minum, dan mengejar kesenangan." "Iblis menggunakan pengetahuan sebagai umpan. Dengarkan baik-baik: pengetahuan hanyalah semacam umpan. Orang-orang dipikat untuk belajar dengan keras dan meningkatkan diri mereka hari demi hari, menjadikan pengetahuan sebagai senjata dan mempersenjatai diri mereka dengan pengetahuan, lalu menggunakan pengetahuan untuk membuka gerbang menuju sains; dengan kata lain, semakin banyak pengetahuan yang engkau peroleh, semakin engkau akan mengerti. Iblis mengatakan semua ini kepada manusia; ia memberi tahu orang-orang untuk menumbuhkan cita-cita luhur tatkala mereka mempelajari pengetahuan, memerintahkan kepada mereka untuk membangun ambisi dan aspirasi. Tanpa manusia sadari, Iblis menyampaikan banyak pesan seperti ini, menyebabkan orang tanpa sadar merasa bahwa hal-hal ini benar atau bermanfaat. Tanpa sadar, orang menapaki jalan ini, tanpa sadar dipimpin oleh cita-cita dan ambisi mereka sendiri. ... Terpikat oleh Iblis, mereka tanpa sadar berjalan di jalan yang telah Iblis siapkan bagi mereka. Saat melewati jalan ini, mereka dipaksa untuk menerima aturan hidup Iblis. Tanpa menyadarinya sama sekali, mereka mengembangkan aturan mereka sendiri untuk mereka jalani, tetapi semua ini tidak lain merupakan aturan Iblis, yang telah ia tanamkan secara paksa dalam diri mereka. Iblis membuat mereka, selama proses pembelajaran, menumbuhkan tujuan mereka sendiri dan menentukan tujuan hidup mereka sendiri, aturan untuk hidup, dan arah dalam kehidupan, sembari menanamkan dalam diri mereka hal-hal yang dari Iblis dengan menggunakan kisah, biografi dan segala macam cara yang memungkinkan untuk memikat orang, sedikit demi sedikit, sampai mereka mengambil umpan tersebut" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). "Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Kebohongan dan omong kosong mereka telah menjadi natur dan kehidupan manusia. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri' adalah pepatah iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan itu telah menjadi kehidupan manusia. Ada beberapa perkataan falsafah kehidupan lainnya yang juga seperti ini. Iblis mendidik manusia melalui setiap budaya tradisional bangsa yang indah, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan" (Rekaman Pembicaraan Kristus).

Firman Tuhan menunjukkan sumber dari semua penderitaan manusia. Kita tenggelam dalam racun Iblis melalui pendidikan pemerintah serta pengaruh orang terkenal dan budaya tradisional seperti "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu," "Takdir seseorang berada di tangannya sendiri," dan "Menjadi seorang cendekiawan berarti menjadi pemuka masyarakat." Ini membuat kita mengejar pengetahuan, menganggap pengetahuan sebagai segalanya agar kita bisa menonjol dan memiliki kehidupan yang baik. Kita mulai mengejar dan menyembah pengetahuan, menyangkal keberadaan dan kedaulatan Tuhan. Kita menjauhi dan menentang Tuhan, dan Tuhan tidak ada di hati kita. Kita kehilangan pemeliharaan dan perlindungan-Nya serta makanan-Nya untuk hidup. Kita menjadi kosong dan bobrok. Banyak orang memiliki pengetahuan, kemasyhuran, dan rasa hormat dari orang lain, tetapi hidup mereka kosong dan menyakitkan. Banyak pejabat tinggi yang cerdas dan memiliki gelar, tetapi dalam perebutan uang, kekuasaan, dan status, mereka menipu, menjebak, dan membunuh satu sama lain. Beberapa dari mereka bunuh diri atau dibunuh oleh orang lain. Kecerdasan dan status seseorang tak berdampak pada takdir atau kesudahan akhir mereka. "Takdir seseorang berada di tangannya sendiri" dan "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu" adalah kebohongan Iblis, dirancang untuk menipu dan merusak orang-orang. Tuhan menciptakan manusia. Umat manusia membutuhkan keselamatan Tuhan dan makanan-Nya untuk hidup. Umat manusia hanya perlu menyembah Tuhan dan tunduk kepada kedaulatan-Nya untuk mendapatkan kesudahan yang baik. Orang-orang menjauhi dan meninggalkan Tuhan, berpikir pengetahuan bisa mengubah nasib mereka. Akhirnya, mereka menentang Tuhan dan binasa. Seperti firman Tuhan: "Jika engkau mengandalkan pengetahuan dan kemampuanmu dalam usahamu, engkau akan selalu menjadi orang yang gagal dan akan selalu kehilangan berkat-berkat Tuhan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Aku dahulu seperti ini! Sebelum memercayai Tuhan, aku mengikuti prinsip iblis seperti "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu" dan "Menjadi seorang cendekiawan berarti menjadi pemuka masyarakat." Aku berusaha keras belajar untuk masuk perguruan tinggi dan unggul. Saat mimpiku hancur, aku berpikir tak ada yang kunantikan, bahwa hidup tidak berarti. Setelah memiliki putriku, aku memaksakan prinsip-prinsip iblis ini kepadanya, memberi dia tekanan berat. Pada akhirnya, karena lingkungan yang menekan ini, dia menjadi keras kepala, rapuh, antisosial, dan pemarah. Dia tak bisa mengungkapkan pikirannya kepadaku dan hubungan ibu-anak kami menjadi tegang. Aku mengikuti prinsip Iblis untuk bertahan hidup, yang bukan hanya menguras diriku, tetapi juga membuat putriku mengalami kesulitan dan hampir menghancurkan hidupnya. Ini berasal dari kerusakan yang dilakukan oleh Iblis. Aku tahu jika terus mengikuti prinsip Iblis, ingin anakku mengubah nasibnya dengan pengetahuan dan kemampuan, aku hanya akan membuatnya gagal. Saat itulah aku mengerti: Nasib putriku dan prospek masa depannya tidak ditentukan dengan berkuliah. Menyembah Tuhan adalah satu-satunya jalan menuju masa depan yang positif. Sebagai orang tua, kita perlu mendidik anak-anak kita berdasarkan kebenaran firman Tuhan dan membimbing mereka di jalan yang benar dalam hidup. Inilah tanggung jawab kita kepada mereka.

Setelah itu, aku berhenti memaksa putriku belajar dan menjadi siswa terbaik. Aku membiarkan semuanya mengalir. Pada malam hari, aku akan membaca firman Tuhan bersamanya dan mengajari dia bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu, bagaimana orang-orang dirusak oleh Iblis, bagaimana Tuhan menyelamatkan kita, dan seterusnya. Saat putriku menghadapi kesulitan, dia tahu cara berdoa dan mengandalkan Tuhan. Dia berangsur-angsur menjadi lebih bijaksana dan mulai lebih sering tersenyum. Nilainya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan hubungan kami lebih harmonis. Suatu hari, aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Kita akan mulai dengan membahas aspek terdangkal dari pengetahuan. Apakah gramatika dan kata-kata dalam bahasa dapat merusak manusia? Bisakah kata-kata merusak manusia? (Tidak.) Kata-kata tidak merusak manusia; kata-kata adalah alat yang digunakan orang untuk berbicara dan kata-kata juga merupakan alat yang digunakan orang untuk berkomunikasi dengan Tuhan, terutama pada masa sekarang, bahasa dan kata-kata adalah cara yang digunakan Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia. Semua itu adalah alat, dan merupakan kebutuhan. Satu ditambah satu sama dengan dua, dan dua dikali dua sama dengan empat; bukankah ini adalah pengetahuan? Namun, bisakah pengetahuan ini merusakmu? Ini adalah pengetahuan umum—pola yang sudah tetap—sehingga tidak dapat merusak manusia. Jadi, pengetahuan jenis apa yang merusak manusia? Pengetahuan yang merusak adalah pengetahuan yang bercampur dengan sudut pandang dan pemikiran Iblis. Iblis berusaha menanamkan sudut pandang dan pemikiran ini ke dalam pikiran manusia melalui media pengetahuan. Misalnya, dalam sebuah artikel, tidak ada yang salah dengan kata-kata yang tertulis itu sendiri. Masalahnya terletak pada sudut pandang dan niat penulis ketika mereka menuliskan artikel tersebut, juga isi dari pemikiran mereka. Ini adalah hal-hal yang bersifat rohani, dan hal-hal ini dapat merusak manusia" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan memberiku wawasan tentang memiliki pengetahuan. Pengetahuan praktis adalah hal positif yang harus dimiliki setiap orang karena ini meningkatkan kualitas mereka. Kita harus mendekatinya dengan benar. Pengetahuan menulis dan musik adalah hal yang baik. Beberapa pengetahuan ilmiah juga bagus, seperti belajar tentang permesinan, kimia, fisika, serta pengobatan dan memasak. Ini adalah alat yang kita butuhkan untuk bertahan hidup, dan semuanya harus dikuasai dengan baik. Namun, pengetahuan bukanlah kebenaran. Itu tak bisa mengubah seseorang atau menjadi hidup mereka. Seharusnya tidak disembah secara membabi buta. Sebanyak apa pun orang belajar, kecuali mereka mengikuti kebenaran, mereka takkan pernah lepas dari perusakan Iblis. Hidup mereka akan menyakitkan dan kosong, dan saat malapetaka besar datang, mereka akan binasa. Dahulu aku tidak pernah memahami kebenaran dan tidak tahu cara mendekati pengetahuan. Aku diracuni oleh Iblis, berpikir mengejar pengetahuan bisa mengubah takdirku dan membantuku menonjol. Saat impianku hancur, aku menaruh semua harapanku di pundak putriku. Aku menghabiskan semua waktu, uang, dan energiku untuk studinya, mendorongnya untuk masuk perguruan tinggi. Namun, dia menjadi makin antisosial, dan hampir kabur dari rumah. Iblis telah begitu dalam melukaiku, itu benar, tetapi itu lebih menyakiti putriku. Seluruh keluarga kami telah dirusak oleh kekeliruan iblis bahwa "Pengetahuan dapat mengubah nasibmu." Firman Tuhan Yang Mahakuasa menunjukkan kepadaku bagaimana Iblis memakai pengetahuan untuk menipu dan merusak orang. Pengetahuan bukanlah kebenaran. Itu tidak bisa mengubah atau menyelamatkan kita. Hanya Tuhan yang merupakan kebenaran, dan hanya firman Tuhan yang bisa menyelamatkan kita. Kini aku tahu bahwa membimbing anakku untuk percaya kepada Tuhan, mempelajari firman-Nya, dan mengejar kebenaran adalah satu-satunya jalan yang benar dalam hidup.

Suatu hari, putriku bercerita tentang siswa lain yang berdebat, berkelahi, merokok, dan minum, serta secara terbuka saling mengencani. Sekolah menutup mata terhadap perilaku seperti itu dan orang tua mereka tak berdaya. Saat aku bertanya kepada putriku tentang pendapatnya, dia berkata: "Aku percaya kepada Tuhan. Aku tak melakukan hal-hal itu karena Tuhan tak menyukainya." Aku merasa sangat terharu. Jika aku tak membawanya ke hadapan Tuhan dan membuatnya membaca firman Tuhan untuk memahami kebenaran, dia mungkin telah mengambil jalan yang salah seperti anak-anak itu. Firman Tuhan Yang Mahakuasa-lah yang mengubahku, membebaskanku dari belenggu pengetahuan, dan membantuku membimbing putriku ke jalan yang benar. Dari lubuk hatiku, aku berterima kasih kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas perlindungan dan keselamatan-Nya!
Kesaksian Kristen, otoritas firman Tuhan tidak dapat dihalangi
Kembali Ke Atas
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik