Menyambut Kembalinya Kembali Tuhan Yesus
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Go down
avatar
Admin
Admin
Jumlah posting : 387
Join date : 12.02.20
https://tuhan-yesus.forumotion.me

Aku Belajar Cara Memperlakukan Orang Lain dengan Benar Empty Aku Belajar Cara Memperlakukan Orang Lain dengan Benar

Sun Jul 12, 2020 10:31 pm
Aku Belajar Cara Memperlakukan Orang Lain dengan Benar Aku_be10




Aku Belajar Cara Memperlakukan Orang Lain dengan Benar

Oleh Saudari Siyuan, Perancis

Suatu hari, Saudara Chen dari gereja kami datang kepadaku. Ia berkata bahwa ia ingin berlatih memberi kesaksian di waktu luangnya dan menawarkan sebagian tenaganya untuk pekerjaan Injil. Oleh karena interaksiku dengan Saudara Chen di masa lalu, aku tahu bahwa ia memiliki watak yang sangat congkak, dan karenanya, aku memiliki berbagai prasangka dan pendapat pribadi tentang dia. Selain itu, aku berpikir bahwa orang-orang yang memberikan kesaksian haruslah memiliki tingkat pengetahuan Alkitab tertentu. Mereka harus mampu menyampaikan kebenaran dengan jelas dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang kepadanya kita mengkhotbahkan Injil. Aku merasa bahwa ia tidak memiliki kualitas ini, dan karena itu, aku tidak menyetujuinya. Ketika melihat hal ini, ia berkata, "Berdasarkan kemampuanku, tidakkah menurutmu aku dapat berlatih memberikan kesaksian? Bukankah aku akan menyia-nyiakan bakatku jika tidak memberikan kesaksian?" Mendengarnya mengatakan ini, aku merasa sangat muak dan berpikir, "Apa kau pikir memberikan kesaksian itu hal yang mudah untuk dilakukan? Jika kau tidak punya bakat asli, apa kau pikir kau dapat memenuhi tugas ini dengan baik? Engkau memandang dirimu terlalu tinggi. Engkau sama sekali tidak memiliki penilaian yang akurat tentang dirimu sendiri!" Setelah itu, aku bersekutu tentang keadaan Saudara Chen dengan beberapa saudara-saudari lainnya sehingga kami dapat memahami keadaan dirinya. Beberapa saudara-saudari, setelah mendengar apa yang kukatakan, juga mengatakan bahwa Saudara Chen telah memperlihatkan kecongkakan dalam perilakunya. Ini menegaskan bagiku bahwa pendapatku tentang Saudara Chen memang akurat. Aku tidak pernah menyadari bahwa ketika mengomentari Saudara Chen dengan santai tanpa mencari kebenaran untuk memahami dirinya secara akurat, aku pada dasarnya sedang menghakiminya dan bersekongkol dengan yang lain.


Suatu kali, aku menghadiri suatu kebaktian dengan Saudara Chen. Selagi kami membaca pengaturan kerja tentang cara kami dapat menonton film-film tentang keluarga Tuhan saat kami menjalani kehidupan bergereja, ia berkata, "Kurasa para pemimpin dan rekan pekerja tidak memiliki kenyataan kebenaran. Mereka hanya mengkhotbahkan huruf-huruf tertulis dan doktrin dalam kebaktian, dan tidak mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan nyata yang dihadapi saudara-saudari kita. Sungguh bagus kita sekarang ini dapat menonton film dalam kebaktian kita. Ini akan menolong kita memahami kebenaran." Ia terus berkata, "Pada awal aku memenuhi tugas ini, oleh karena aku tidak memahami prinsip-prinsipnya, aku mengalami banyak kesulitan. Namun, sekarang setelah aku memahami prinsip-prinsipnya, aku merasa memenuhi tugas ini berjalan jauh lebih lancar, dan hasil-hasil yang kucapai dalam pekerjaanku sangat baik …." Mendengarnya mengatakan ini, perasaan tidak suka dan penentangan muncul di hatiku. Pikirku, "Engkau benar-benar pintar mengambil kesempatan. Engkau menggunakan persekutuan dari bahwa saudara yang diutus dari atas untuk meremehkan kami, para pemimpin dan rekan kerja. Pada saat yang sama, engkau tidak lupa memberikan kesaksian tentang dirimu sendiri dan memamerkan dirimu. Engkau benar-benar terlalu congkak dan tidak rasional …." Kemudian, kami mulai mendiskusikan cara kami akan bekerja bersama-sama mengenai lima pertanyaan yang akan kami sampaikan pada kebaktian berikutnya. Pada saat itu, Saudara Chen menawarkan diri untuk bertanggung jawab atas tiga pertanyaan dan ia bahkan mengusulkan orang-orang untuk bertanggung jawab atas dua pertanyaan yang tersisa. Ketika aku mengatur agar pemimpin kelompok menjadi penanggung jawab pada kebaktian berikutnya, ia dengan cepat bertanya kepada pemimpin kelompok itu dengan nada meragukan, "Menurutmu engkau dapat menanganinya? Dapatkah engkau melakukannya?" Dari nada suaranya, sepertinya ia berpikir bahwa hanya dia yang dapat menjadi penanggung jawab kebaktian. Diperhadapkan dengan perilakunya, aku berpikir, "Engkau ini sangat tidak rasional. Dapatkah engkau melakukan ini? Engkau hanya ingin menggunakan kesempatan ini sebagai pentas untuk memamerkan dirimu kepada saudara-saudari. Engkau ingin mendapatkan semua perhatian, tetapi aku tidak akan membiarkannya." Untuk mencegahnya mencapai tujuannya, aku menegaskan otoritasku dengan mengatur ulang semuanya sehingga ia tidak akan menjadi penanggung jawab. Memikirkan semua perilaku Saudara Chen, aku sangat membencinya dalam hatiku dan prasangkaku terhadapnya menjadi jauh lebih kuat. Secara khusus, aku telah beberapa kali menyampaikan kepadanya mengenai perilakunya yang congkak, tetapi ia hanya mengakuinya secara lisan dan sesudahnya aku tidak melihat perubahan yang jelas. Karena itu, aku merasa bahwa ia memiliki tingkat kecongkakan yang luar biasa. Ia sangat congkak sampai-sampai aku merasa bahwa ia tidak akan pernah berubah dan tidak ada harapan. Terkadang aku bahkan berpikir bahwa karena ia begitu congkak, ia pada dasarnya tidak cocok untuk memenuhi tugasnya saat ini. Aku akan gantikan saja dia dengan orang lain.


Setelah kebaktian selesai dan aku merenungkan setiap pemikiran dan gagasan yang telah kuungkapkan selama kebaktian, hatiku merasakan teguran dan ketidaknyamanan luar biasa. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku memiliki banyak pemikiran dan prasangka terhadap Saudara Chen. Menurutku, ia sangat congkak. Sekarang ini, setiap kali mendengarnya berbicara, perasaan tidak suka dan penentangan muncul di hatiku. Aku bahkan ingin mengganti dirinya. Ya Tuhan! Aku tahu bahwa aku berada dalam keadaan yang salah. Namun, aku tidak memahami kehendak-Mu dan aku tidak tahu aspek kebenaran apa yang harus kumasuki. Ya Tuhan, kumohon cerahkanlah dan bimbinglah aku." Setelah selesai berdoa, aku merenungkan satu bagian dari sebuah khotbah: "Apakah pemikiran semacam ini ada dalam hatimu? Ketika memikirkan seseorang, yang pertama engkau pikirkan adalah kelemahan mereka, dan engkau pertama-tama memikirkan dalam cara-cara apa mereka rusak. Apakah benar? Jika engkau terus berpikir seperti ini, engkau tidak akan pernah mampu hidup rukun dengan orang lain secara normal. … Namun, karena orang itu sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan ingin mengejar kebenaran, tidak lama kemudian, kerusakan dalam dirinya ini akan mulai berubah dan hilang. Dengan cara inilah kita harus melihat masalah ini, dan kita harus melihat masalah dengan suatu visi ke arah terjadinya pertumbuhan. Kita tidak boleh terpaku pada kelemahan orang, lalu menghukumnya untuk selamanya, dengan mengatakan bahwa orang itu akan terus seperti itu seumur hidupnya, bahwa ia memang jenis orang seperti itu. Melakukan ini berarti menghakimi dan membatasi dia! Dalam menyelamatkan manusia, Tuhan tidak berbicara dengan cara seperti ini, yaitu dengan mengatakan bahwa umat manusia telah dirusak sampai sejauh ini, dan karenanya tidak ada gunanya menyelamatkan mereka, dan bahwa inilah kesudahan umat manusia. Tuhan tidak melihatnya dengan cara seperti ini sama sekali. Jadi, kita semua mengejar kebenaran saat ini. Kita semua ingin mengejar kebenaran dan kita percaya bahwa, paling tidak, jika kita bertekun dalam pengejaran kita, dalam beberapa tahun, kita pasti akan mampu sedikit berubah, dan pada akhirnya kita akan sepenuhnya mampu mencapai perubahan watak dan disempurnakan oleh Tuhan. Engkau semua memiliki keyakinan seperti ini, bukan? Karena engkau memiliki keyakinan seperti ini, engkau, karenanya, haruslah percaya bahwa orang lain pun memiliki keyakinan seperti ini" ("Cara Membangun Hubungan Antarpribadi yang Norma" dalam "Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan I"). Bagian dari persekutuan ini dengan jelas menunjukkan kepadaku keadaanku dan aku merasa malu. Aku melihat betapa congkak dan sombongnya naturku. Aku bertindak seolah-olah aku memiliki kebenaran dan mampu untuk langsung menilai seseorang secara akurat dan benar-benar memahami esensinya. Dengan mengaitkan kata-kata dalam khotbah ini pada diriku sendiri, aku menyadari: dari interaksiku dengan Saudara Chen, aku merasa bahwa ia masih muda dan sombong ketika aku melihatnya mengungkapkan wataknya yang congkak dalam kata-kata yang ia ucapkan dan hal-hal yang ia lakukan. Aku merasa bahwa ia sama sekali tidak memiliki pengenalan akan dirinya sendiri. Dalam hati, aku bahkan menghakiminya sebagai seorang yang congkak yang benar-benar tidak rasional dan tidak punya harapan untuk berubah. Itulah sebabnya aku tidak pernah dapat memperlakukannya dengan adil atau tanpa memihak. Tuhan menyelamatkan manusia sampai sejauh mungkin, tetapi aku membatasi Saudara Chen dalam segala hal. Sekarang, Tuhan telah mengungkapkan diriku dan membuatku melihat kecongkakan dan kesombonganku dengan jelas. Aku telah menganggap sudut pandang dan keyakinanku sendiri sebagai kebenaran dan sebagai standar yang kugunakan untuk menghakimi orang─aku sungguh sangat tidak rasional. Apakah aku memandang dan mengukur orang lain dengan menggunakan prinsip dan standar? Apakah metodeku untuk memandang dan membatasi orang sesuai dengan kebenaran? Aku ini lebih rendah dari belatung. Bagaimana aku memenuhi syarat untuk menghakimi dan menghukum orang lain? Firman Tuhan berkata: "Orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan adalah mereka yang memiliki watak yang rusak melalui perusakan oleh Iblis; mereka bukan orang-orang yang sempurna tanpa cela sedikit pun, mereka juga bukan orang-orang yang hidup dalam ruang hampa" ("Jalan Masuk Kehidupan adalah Hal Terpenting Dalam Kepercayaan Kita kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Kita belum disempurnakan dan masih dalam proses mengalami perubahan secara bertahap melalui pengalaman kita dalam pekerjaan Tuhan. Meskipun kita mungkin mengungkapkan watak kita yang rusak atau melakukan beberapa pelanggaran saat kita memenuhi tugas kita, asalkan kita dengan tulus percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, kita akan dapat berubah. Namun, aku tidak melihat orang lain dengan pandangan ke arah pertumbuhan. Sebaliknya, aku membatasi orang lain berdasarkan sudut pandangku dan watakku sendiri yang rusak. Aku memang sangat congkak.


Kemudian aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Berdasarkan prinsip yang manakah engkau harus memperlakukan anggota keluarga Tuhan? (Perlakukan setiap saudara-saudari dengan adil). Bagaimana engkau memperlakukan mereka dengan adil? Setiap orang memiliki sedikit kesalahan dan kekurangan, serta kebiasaan ganjil tertentu; semua orang memiliki sifat membenarkan diri sendiri, kelemahan, dan bidang di mana mereka kurang. Engkau harus membantu mereka dengan hati yang penuh kasih, bersikap toleran dan sabar, dan tidak terlalu keras atau meributkan setiap detail yang sangat kecil. Terhadap orang-orang yang masih muda atau belum percaya kepada Tuhan untuk waktu yang lama, atau yang baru saja mulai melakukan tugas mereka atau memiliki permintaan khusus tertentu, jika engkau begitu saja menarik kuncir mereka dan menolak untuk melepaskannya, inilah yang disebut dengan bersikap keras. Engkau mengabaikan kejahatan yang dilakukan oleh para pemimpin palsu dan antikristus, tetapi ketika melihat sedikit saja kekurangan dan kesalahan pada saudara-saudarimu, engkau menolak untuk membantu mereka, sebaliknya memilih untuk meributkan hal-hal itu dan menghakimi mereka tanpa sepengetahuan mereka, dengan demikian menyebabkan semakin banyak orang menentang, mengasingkan, dan mengucilkan mereka. Perilaku macam apa ini? Ini semata-mata melakukan sesuatu berdasarkan pilihanmu sendiri, dan tidak mampu memperlakukan orang secara adil; ini menunjukkan watak Iblis yang rusak! Ini adalah pelanggaran! Ketika orang melakukan sesuatu, Tuhan mengamati; apa pun yang kaulakukan dan apa pun yang kaupikirkan, Dia melihat! Jika engkau ingin memahami prinsip-prinsip tersebut, engkau harus terlebih dahulu memahami kebenaran. Begitu engkau memahami kebenaran, engkau dapat mengerti kehendak Tuhan; jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau tentu tidak akan mengerti kehendak Tuhan. Kebenaran memberitahukan kepadamu cara memperlakukan orang, dan begitu engkau memahami hal ini, engkau akan tahu cara memperlakukan orang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagaimana engkau seharusnya memperlakukan orang lain dengan jelas diperlihatkan dan ditunjukkan dalam firman Tuhan; sikap Tuhan dalam memperlakukan manusia merupakan sikap yang harus diambil manusia dalamperlakuan mereka terhadap satu sama lain. Bagaimana Tuhan memperlakukan masing-masing dan setiap orang? Beberapa orang memiliki tingkat pertumbuhan yang belum dewasa, atau masih muda, atau baru percaya kepada Tuhan untuk waktu yang singkat. Natur dan esensi beberapa orang tidak buruk atau jahat; hanya saja mereka kurang berpengetahuan atau kurang dalam kualitas, atau mereka telah terlalu banyak dicemari oleh masyarakat. Mereka belum masuk ke dalam realitas kebenaran, sehingga sulit bagi mereka untuk menahan diri dari melakukan beberapa hal yang bodoh atau melakukan beberapa tindakan karena ketidaktahuan. Namun, dari sudut pandang Tuhan, persoalan semacam itu tidak penting; Dia hanya melihat hati manusia. Jika mereka bertekad untuk masuk ke dalam realitas kebenaran, mereka menuju ke arah yang benar, dan ini adalah tujuanmereka, Tuhan akan menjaga mereka, menunggu mereka, dan memberi mereka waktu serta kesempatan yang akan memungkinkan mereka untuk masuk. Tuhan tidak menjatuhkan mereka dengan satu pukulan atau memukuli mereka begitu mereka melakukan kesalahan atau kebodohan; Tuhan tidak pernah memperlakukan manusia seperti ini. Dengan kata lain, jika orang memperlakukan satu sama lain dengan cara demikian, bukankah ini menunjukkan watak mereka yang rusak? Inilah persisnya watak mereka yang rusak. Engkau harus melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang-orang yang tak berpengetahuan dan bodoh, bagaimana Dia memperlakukan mereka yang tidak dewasa, bagaimana Dia memperlakukan perwujudan normal dari watak manusia yang rusak, dan bagaimana Dia memperlakukan mereka yang jahat. Tuhan memiliki berbagai cara untuk memperlakukan orang yang berbeda-beda, dan Dia juga memiliki berbagai cara untuk mengelola tak terhitung banyaknya keadaan orang yang berbeda-beda. Engkau harus memahami kebenaran dari hal-hal ini. Begitu engkau memahami kebenaran ini, engkau kemudian akan tahu bagaimana menjalaninya" ("Untuk Memperoleh Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan menggambarkan dengan sangat jelas prinsip dan jalan tentang cara kita memperlakukan orang-orang. Firman Tuhan juga menjelaskan bahwa sikap Tuhan terhadap para antikristus dan orang yang jahat adalah penuh dengan kebencian, kutukan dan hukuman. Adapun mereka yang tingkat pertumbuhannya kecil, yang kualitasnya rendah, dan yang memiliki segala macam watak yang rusak serta kekurangan, asalkan mereka sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, mau mengejar kebenaran, dapat menerima kebenaran, dan bisa menerapkan kebenaran, sikap Tuhan terhadap mereka adalah kasih, belas kasihan, dan keselamatan. Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa Tuhan memiliki prinsip dan standar sehubungan dengan cara-Nya memperlakukan setiap orang. Tuhan menuntut kita untuk mengasihi mereka yang Tuhan kasihi dan membenci mereka yang Tuhan benci. Kita harus bersikap toleran dan mengampuni terhadap saudara-saudari yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan kita harus memberi mereka kesempatan untuk bertobat dan berubah. Kita tidak boleh begitu saja memukul mereka jatuh dengan satu pukulan ketika mereka mengungkapkan watak mereka yang rusak, karena ini tidak sesuai dengan prinsip dan metode Tuhan dalam memperlakukan orang, terlebih lagi ini tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Aku mulai memikirkan tentang bagaimana Saudara Chen menanggung sendiri beban tugas-tugasnya, bagaimana ia memiliki rasa tanggung jawab, dan bagaimana ia mampu melakukan beberapa pekerjaan praktis. Aku tidak pernah sepenuhnya mempertimbangkan kekuatan dan kelebihannya. Sebaliknya, aku berpaku pada kerusakannya dan tidak mau melepaskannya, dan aku menghakimi dan menghukumnya. Naturku benar-benar jahat!


Saat itu, aku merenungkan satu bagian firman Tuhan: "Sikap dan cara Tuhan memperlakukan Adam dan Hawa sama seperti bagaimana orang tua manusia menunjukkan kepeduliannya kepada anak-anak mereka. Juga seperti orang tua manusia mengasihi, menjaga dan memelihara putra putri mereka—begitu riil, terlihat dan nyata. Alih-alih menempatkan diri-Nya di posisi yang tinggi dan perkasa, Tuhan secara pribadi menggunakan kulit binatang untuk membuatkan manusia pakaian. Tidak masalah apakah mantel bulu ini digunakan untuk menutupi rasa malu mereka atau untuk melindungi mereka dari udara dingin. Singkatnya, pakaian yang digunakan untuk menutupi tubuh manusia ini dibuat secara pribadi oleh Tuhan dengan tangan-Nya sendiri. Daripada menciptakannya dengan menggunakan pikiran atau metode ajaib seperti yang orang bayangkan, Tuhan telah secara sah melakukan sesuatu yang manusia pikir tidak dapat dan tidak seharusnya dilakukan oleh Tuhan Ini mungkin hal sederhana yang bahkan orang anggap tidak layak untuk disebut-sebut, tetapi hal ini juga memungkinkan semua orang yang mengikuti Tuhan namun yang sebelumnya dipenuhi dengan gagasan yang samar tentang Dia untuk memperoleh wawasan tentang keaslian dan keindahan-Nya, dan melihat kesetiaan dan sifat-Nya yang rendah hati. Hal ini membuat orang-orang yang tak tertahankan kesombongannya, yang berpikir mereka tinggi dan perkasa menundukkan kepala mereka yang sombong karena malu di hadapan keaslian dan kerendahhatian Tuhan" ("Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Setiap kata dari firman Tuhan menghangatkan hatiku. Aku bisa merasakan kepedulian dan empati Tuhan terhadap manusia dan pemeliharaan serta perhatian-Nya itu nyata. Ketika Adam dan Hawa tidak menaati perintah Tuhan dan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, meskipun Tuhan menyembunyikan diri-Nya dari mereka dan mengusir mereka keluar dari taman Eden, Tuhan tetap mengasihani mereka dan secara pribadi membuatkan pakaian dari kulit binatang untuk mereka kenakan. Tuhan itu sungguh indah, dan watak-Nya benar-benar indah dan baik. Sikap-Nya terhadap manusia yang rusak dan yang melakukan pelanggaran adalah sikap yang sabar. Karena belas kasihan-Nya, Ia dapat mengampuni kebodohan, kelemahan, dan ketidakdewasaan manusia. Ia memberi kepada manusia waktu dan kesempatan untuk bertobat. Sementara menunggu, Ia terus membekali manusia dengan kebenaran untuk manusia masuki. Penyelamatan Tuhan bagi manusia begitu nyata. Tuhan itu setia dan kasih-Nya kepada manusia nyata, sama sekali tidak palsu ataupun berpura-pura, melainkan nyata dan dapat kita rasakan. Ketika aku memikirkan hal ini, air mata membanjiri mataku dan mulai mengalir turun. Aku mulai merenungkan semua pengalamanku. Dalam pekerjaan menyesuaikan para pemimpin dan pekerja, karena aku belum masuk ke dalam prinsip-prinsipnya, aku melakukan beberapa hal yang menyela dan mengganggu pekerjaan gereja. Namun, Tuhan tidak menyingkirkan ataupun menghukum aku. Sebaliknya, Ia menggunakan laporan yang ditulis saudara-saudariku untuk membuatku merenungkan diriku sendiri, bertobat, dan berubah sehingga aku dapat memenuhi tugas-tugasku sesuai prinsip. Ketika aku negatif dan lemah, Tuhan menggunakan firman-Nya untuk menghibur dan mendukungku. Ia juga menggerakkan saudara-saudari di sampingku untuk menyampaikan kepadaku kehendak-Nya, yang sangat menguatkan aku. Pada saat-saat ketika aku melakukan pelanggaran atau ketika aku melakukan kesalahan dalam pekerjaanku, ketika aku memendam kesalahpahaman dan bersikap waspada terhadap Tuhan dan aku menjadi negatif dan malas dalam pekerjaanku, Tuhan menerangi dan membimbingku dengan firman-Nya sehingga aku dapat memahami kehendak-Nya. dan melihat kasih-Nya serta penyelamatan-Nya. Aku pun kemudian mampu meninggalkan kenegatifan dan kesalahpahaman …. Bukankah Tuhan sudah melakukan hal ini dalam diriku di masa lalu? Saat aku melihat kasih Tuhan yang tak terbatas bagiku, hatiku yang keras dan mati rasa dilelehkan oleh kasih Tuhan yang tulus. Aku mengucapkan doa pertobatan kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku telah tidak taat dan menentang-Mu berulang kali. Namun, Engkau selalu memperlakukan aku dengan penuh kasih dan toleransi, dan Engkau menunjukkan pengertian atas kelemahanku. Berkali-kali, Engkau menggunakan firman-Mu untuk mencerahkanku, membimbingku, mendukungku, dan menyediakan bagiku. Engkau telah menuntunku langkah demi langkah hingga hari ini. Aku tidak layak untuk Engkau mencurahkan begitu banyak pemeliharaan-Mu dan upaya-Mu dalam menyelamatkan aku. Ya Tuhan! Kasih-Mu kepadaku tak bisa kuungkapkan. Sementara Engkau menunggu dengan sabar untuk aku berubah, Engkau juga memberiku kesempatan untuk bertobat. Satu-satunya yang kuinginkan adalah, mulai dari sekarang, aku akan bertindak sesuai dengan kehendak dan tuntutan-Mu. Aku ingin mengandalkan prinsip-prinsip kebenaran dalam memperlakukan setiap saudara dan saudari yang sungguh-sungguh percaya kepada-Mu."


Kemudian, aku membaca bagian lain dari khotbah, yang mengatakan: "Misalnya, engkau adalah seorang pemimpin dan engkau harus bertanggung jawab atas saudara-saudari. Misalkan ada seorang saudara atau saudari yang tidak mengejar kebenaran dan tidak mengikuti jalan yang benar. Apa yang harus engkau lakukan? Engkau harus menolong orang ini. Pertolongan ini mencakup memangkas dan menangani mereka. Ini termasuk teguran dan kritikan. Inilah cara untuk menolong. Semua ini adalah kasih. Apakah perlu untuk membujuk mereka atau menggunakan nada berkonsultasi? Tidak perlu. Jika ada kebutuhan untuk memangkas dan menangani mereka, lakukanlah itu. Ungkapkan apa yang harus diungkapkan. Ini karena engkau adalah seorang pemimpin dan pekerja. Jika engkau tidak menolong, siapa yang akan melakukannya? Ini adalah tugas yang harus engkau penuhi" ("Bagaimana Orang Harus Mengalami pekerjaan Tuhan Demi Mencapai Keselamatan dan Disempurnakan" dalam "Khotbah dan Persekutuan tentang Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan VI"). Dari persekutuan ini, aku belajar bahwa pemimpin atau pekerja yang sungguh-sungguh memiliki kenyataan kebenaran memperlakukan saudara-saudarinya sesuai prinsip. Ia tahu apa tanggung jawabnya dan apa amanatnya. Ia mampu mengandalkan prinsip-prinsip kebenaran dalam menangani orang-orang sesuai dengan natur dan esensi mereka. Ia mampu secara praktis menolong orang-orang berdasarkan kerusakan dan kekurangan mereka. Ia tahu kapan ia harus menolong mereka dengan hati yang penuh kasih, kapan harus menangani mereka dengan tegas serta memangkas mereka, dan kapan harus menegur mereka. Ia mampu berperilaku dengan pantas, memiliki prinsip, dan tidak akan dengan semena-mena memperlakukan saudara-saudari yang telah mengungkapkan kerusakan sebagai musuh. Aku mulai memikirkan kembali tentang bagaimana aku memperlakukan Saudara Chen. Ketika aku melihatnya mengungkapkan wataknya yang congkak, aku tidak menolong ataupun mendukungnya dengan cara yang praktis. Aku tidak membedah naturnya yang congkak demi menolongnya mengetahui esensi dari naturnya ataupun menolongnya melihat dengan jelas konsekuensi berbahaya jika watak congkaknya itu tidak berubah. Sebaliknya, aku dengan semena-mena menghakiminya, mengucilkannya, dan menghukumnya. Aku bahkan menyebarkan prasangkaku tentang dia di belakangnya. Aku tidak menunjukkan toleransi maupun kesabaran, apalagi memperlakukannya dengan hati yang penuh kasih. Pada saat ini, aku melihat bahwa aku tidak memiliki prinsip kebenaran dalam caraku memperlakukan saudara ini dan aku tidak memenuhi tugas dan kewajibanku. Aku mengerti kehendak Tuhan dan menemukan jalan penerapannya. Sebagai hasilnya, aku pergi dan menemui Saudara Chen. Aku menunjukkan masalahnya dan menawarkan bantuan dan dukunganku. Pada saat yang sama, aku juga menangani dan memangkasnya. Aku membedah sudut pandangnya yang tidak benar mengenai pengejaran dan jalan yang salah yang ditempuhnya. Aku juga bersekutu dengannya mengenai esensi kudus Tuhan dan watak-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran …. Syukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya. Melalui penyampaianku kepadanya, Saudara Chen mendapatkan beberapa pemahaman mengenai naturnya sendiri yang congkak dan kerusakan yang telah ia ungkapkan. Ia berkata, "Meskipun aku tahu bahwa aku sangat congkak, aku sering kali hanya mengakuinya secara lisan. Aku belum pernah membedah naturku sendiri yang congkak secara mendalam, apalagi sungguh-sungguh membencinya. Baru setelah engkau menunjukkan hal-hal ini kepadaku hari ini, aku sekarang mendapati bahwa keadaanku sendiri sangatlah mengerikan dan berbahaya. Tuhan tidak berada di dalam hatiku dan aku tidak menghormati siapa pun. Aku selalu merasa bahwa aku mampu. Terutama ketika pekerjaan membuahkan hasil, aku bukan saja mencuri kemuliaan Tuhan, aku bahkan menjadi lebih congkak dan sombong karena merasa bahwa aku adalah orang yang luar biasa. Aku berada di jalan antikristus, dan aku melakukan perbuatan jahat dan menentang Tuhan. Hari ini, peringatan dan pertolonganmu telah memberiku kesempatan untuk merenungkan diriku sendiri, dan untuk bertobat dan berubah …." Mendengarnya mengatakan ini, hatiku sangat tersentuh. Aku benar-benar merasakan betapa aku belum memenuhi tugasku dengan baik dan betapa aku tidak memiliki hati yang berbelas kasihan. Aku tidak memberikan pertolongan ataupun dukungan kepada saudaraku. Sebaliknya, aku telah mengambil keuntungan dari kerusakannya dan menghukumnya. Penghakiman dan hajaran Tuhanlah yang telah menyelamatkan aku, membuatku melihat dengan jelas bahwa aku memiliki natur yang congkak dan jahat dan memperbaiki sudut pandangku yang tidak masuk akal. Aku membaca dari bagian khotbah di atas: "Dapat dikatakan bahwa orang-orang yang benar-benar mencintai kebenaran dan yang memiliki keinginan untuk mengejar agar dirinya disempurnakan, mereka semuanya memiliki natur yang congkak dan merasa diri benar. Asalkan mereka mampu menerima kebenaran dan menerima pemangkasan dan penanganan dan mampu sepenuhnya menaati kebenaran bagaimanapun keadaannya, maka orang-orang seperti ini dapat mencapai keselamatan dan disempurnakan. Sebenarnya, tidak ada orang yang benar-benar memiliki kualitas yang baik dan sungguh-sungguh memiliki keinginan, yang tidak congkak. Ini adalah fakta. Orang-orang pilihan Tuhan harus mampu membedakannya. Mereka tidak boleh membatasi seseorang itu sebagai orang yang baik atau sebagai orang yang tidak dapat diselamatkan dan disempurnakan hanya karena mereka sangat congkak dan merasa diri benar. Tidak peduli separah apa pun kecongkakan seseorang, asalkan mereka memiliki kualitas yang baik, dapat mengejar kebenaran, maka mereka adalah orang-orang yang ingin Tuhan sempurnakan. Kriteria bagi Tuhan untuk menyempurnakan orang terutama adalah orang itu adalah orang yang baik, memiliki kualitas yang baik dan ia mengejar kebenaran. Jika kualitas seseorang terlalu buruk dan mereka terus menerus tidak mampu memahami kebenaran, bahkan seandainya watak mereka sangat lemah lembut dan sama sekali tidak congkak, mereka tidak ada gunanya dan tidak layak untuk disempurnakan. Pada titik ini, orang perlu memahami kehendak Tuhan. Jika kualitas seseorang baik, dan mereka punya kemauan dan tidak congkak ataupun merasa diri benar, artinya itu sepenuhnya kedok atau penampilan palsu yang hanya di permukaan saja, karena tidak ada orang yang seperti itu. Orang harus tahu bahwa umat manusia yang rusak memiliki natur yang congkak dan merasa diri benar. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan" ("Hanya Mereka yang Benar-benar Menerima dan Menaati Penghakiman dan Hajaran Tuhan yang Sungguh-sungguh Mengejar Kebenaran" dalam Kumpulan Khotbah—Bekal bagi Kehidupan). Persekutuan ini membantuku memahami dengan jelas bagaimana aku harus berurusan dengan orang-orang yang memiliki natur congkak. Aku belajar bahwa adalah mungkin bagi mereka yang memiliki natur congkak untuk berubah, dan kuncinya adalah apakah mereka mampu mengejar kebenaran dan menerima kebenaran atau tidak. Jika mereka mampu menerima kebenaran, menerima penghakiman dan hajaran Tuhan dan menerima penanganan dan pemangkasan, mereka benar-benar dapat berubah dan disempurnakan oleh Tuhan. Sekarang setelah aku melihat kembali keadaan Saudara Chen, aku menyadari bahwa karena ia masih muda, belum terlalu lama percaya kepada Tuhan, belum mengalami banyak penghakiman dan hajaran Tuhan, maka pengungkapan wataknya yang congkak dan sombong adalah hal yang cukup normal. Kita telah dirusak oleh Iblis dan berada di bawah kendali watak kita yang congkak, sehingga kita senang menjadi pusat perhatian dan pamer. Ini adalah karakeristik umum manusia yang rusak. Bukankah aku juga sering kali mengungkapkan kecongkakan dan kesombongan? Mengapa aku merasa bahwa aku sendiri yang dapat berubah sedangkan dia tidak? Mengapa standar yang kutetapkan bagi diriku sendiri lebih rendah daripada standar yang kutetapkan bagi dirinya? Bukankah ini berarti aku bahkan lebih congkak daripada dirinya? Ini bukanlah cara yang adil untuk memperlakukannya. Ketika menyadari hal ini, aku pun mampu melepaskan sikap bias dan prasangka yang kumiliki terhadap Saudara Chen. Aku merasa bahwa esensi dari naturnya tidaklah buruk. Ia memiliki tekad untuk mengejar kebenaran, hanya saja watak congkaknya itu sedikit lebih parah, dan aku mengerti bahwa aku harus menolongnya dengan hati yang penuh kasih dan memenuhi tanggung jawabku.


Syukur kepada Tuhan atas pencerahan dan bimbingan-Nya. Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa mereka yang hidup dalam watak mereka yang rusak dan tidak memperlakukan orang lain sesuai dengan prinsip firman Tuhan dan yang tidak mampu mengambil pendekatan yang benar terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain, mereka tidak dapat memperlakukan orang lain secara adil. Mereka bukan hanya akan mendatangkan kerugian fisik dan mental terhadap saudara-saudari, mereka juga akan menunda masuknya saudara-saudari ke dalam kehidupan. Mereka bahkan dapat menyulitkan orang lain atau menghukum mereka, menempuh jalan antikristus. Syukur kepada Tuhan atas pekerjaan penghakiman dan hajaran yang Ia lakukan dalam diriku selama waktu ini. Ketika aku hidup dalam watakku yang memberontak dan tidak mampu memperlakukan saudaraku sesuai dengan prinsip kebenaran, Tuhan dengan segera melaksanakan penghakiman dan hajaran-Nya untuk menyelamatkan aku tepat pada waktunya dan menyebabkan aku mengenali watakku sendiri yang congkak dan jahat. Ketika aku kembali kepada Tuhan, mengesampingkan diriku sendiri, dan mencari kebenaran, aku pun memperoleh bimbingan dan kepemimpinan Tuhan─dari firman Tuhan aku mengerti cara berurusan dengan orang-orang sesuai prinsip. Ketika aku memperlakukan Saudara Chen sesuai dengan firman Tuhan, aku sungguh-sungguh mengalami kedamaian dan stabilitas rohani. Selain itu, aku dapat menemukan dan belajar dari kekuatan saudaraku untuk menebus kekuranganku sendiri. Aku merasakan manisnya menerapkan firman Tuhan. Pekerjaan dan bimbingan Tuhanlah yang memungkinkan aku untuk memahami beberapa kebenaran serta memperoleh pemahaman tentang kerusakan dan kekuranganku sendiri. Pada saat yang sama, aku sungguh-sungguh merasakan bahwa berurusan dengan orang lain sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran sangatlah penting. Aku hanya ingin untuk terus menerapkan firman Tuhan ketika aku memenuhi tugasku, dan memperlakukan setiap saudara-saudariku sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Kembali Ke Atas
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik