Penderitaan dan Ujian Adalah Berkat Tuhan
Sat Feb 06, 2021 4:34 pm
Penderitaan dan Ujian Adalah Berkat Tuhan
Wang Gang, Tiongkok
Aku adalah seorang petani dan karena keluargaku miskin, aku selalu harus bepergian ke sana kemari untuk menemukan pekerjaan sementara guna mendapatkan uang; kupikir aku dapat mencari penghidupan yang baik bagi diriku sendiri melalui pekerjaan fisik. Akan tetapi, pada kenyataannya, aku melihat bahwa tidak ada jaminan atas hak-hak hukum pekerja migran sepertiku; gajiku seringkali ditahan untuk alasan yang tidak jelas. Berkali-kali aku dicurangi dan dimanfaatkan oleh orang lain. Setelah setahun bekerja keras, aku tidak menerima jumlah yang semestinya kuterima. Aku merasa dunia ini begitu gelap! Manusia memperlakukan satu sama lain seperti binatang, di mana yang kuat memangsa yang lemah; mereka saling bersaing, saling memukul, dan aku semata-mata tidak mampu untuk terus hidup seperti ini. Dalam rasa sakit yang begitu hebat dan jiwa yang sangat tertekan, dan pada saat aku telah kehilangan keyakinan dalam hidupku, seorang teman membagikan kepadaku keselamatan Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak saat itu, aku berkumpul, berdoa dan menyanyi dengan saudara-saudari secara berkala; kami membahas kebenaran dan menggunakan kelebihan kami untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku merasa sangat bahagia dan terbebaskan. Di Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, aku melihat bahwa saudara-saudariku tidak mencoba mengecoh satu sama lain atau menciptakan perbedaan sosial; mereka semua benar-benar terbuka dan rukun satu sama lain. Semua orang ada untuk mencari kebenaran dengan giat guna membuang watak mereka yang rusak dan hidup layaknya manusia serta memperoleh keselamatan. Ini memungkinkan aku untuk mengalami kebahagiaan dalam hidupku dan memahami arti penting dan nilai kehidupan. Oleh karena itu, aku memutuskan bahwa aku harus menyebarkan Injil dan memungkinkan lebih banyak orang yang hidup dalam kegelapan untuk datang ke hadapan Tuhan guna menerima keselamatan dari-Nya dan kembali melihat terang. Akibatnya, aku bergabung dengan jajaran orang-orang yang memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan. Namun, tanpa diduga-duga aku ditahan oleh pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) karena mengkhotbahkan Injil dan aku pun menderita penyiksaan yang sangat brutal, perlakuan kejam dan pemenjaraan.
Pada sore hari di musim dingin tahun 2008, saat aku dan dua orang saudari sedang bersaksi mengenai pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepada seorang target penginjilan, kami dilaporkan oleh orang-orang jahat. Enam orang petugas kepolisian menggunakan alasan perlunya memeriksa izin tinggal kami untuk mendobrak masuk ke dalam rumah target penginjilan tersebut. Saat mereka memasuki pintu, mereka berteriak: "Jangan bergerak!" Dua orang polisi yang jahat itu terlihat tidak waras saat memukuli aku; salah satunya menarik baju di dadaku dan yang satunya lagi memegang lenganku dan mengerahkan segenap kekuatannya untuk mengunci tanganku di belakang, lalu ia bertanya dengan galak: "Apa yang sedang kau lakukan? Dari mana asalmu? Siapa namamu?" Aku pun balas bertanya "Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau menahan aku?" Saat mereka mendengar aku berkata demikian, mereka menjadi sangat marah dan berkata dengan agresif: "Tidak penting apa alasannya, kaulah yang sedang kami cari dan kau harus ikut dengan kami!" Setelah itu, polisi yang jahat itu membawa aku dan kedua saudariku, dan memasukkan kami ke dalam mobil polisi.
Setelah kami sampai di Biro Keamanan Umum, polisi jahat itu membawa aku dan mengunciku di dalam ruangan yang kecil; mereka memerintahkan kepadaku untuk meringkuk di lantai dan mengatur empat orang untuk mengawasiku. Karena aku jongkok untuk waktu yang lama, aku menjadi sangat lelah dan tidak tahan lagi. Saat aku mencoba berdiri, polisi jahat itu bergegas datang dan mendorong kepalaku ke bawah agar tidak dapat berdiri. Tak berapa lama kemudian, aku mendengar teriakan mengerikan dari seseorang yang sedang disiksa di ruangan sebelah, dan pada saat itu aku menjadi sangat takut: aku tidak tahu siksaan dan perlakuan kejam apa yang akan mereka lakukan terhadapku nanti! Aku mulai bergegas berdoa kepada Tuhan dalam hatiku: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, sekarang aku sangat takut, aku mohon agar Engkau memberikanku iman dan kekuatan, jadikan aku kokoh dan berani sehingga dapat menjadi saksi bagi-Mu. Jika aku tidak mampu menahan siksaan dan perlakuan kejam mereka, jika aku harus bunuh diri dengan menggigit lidahku sendiri, aku tidak akan pernah mengkhianati-Mu seperti Yudas!" Setelah berdoa, aku merasakan kekuatan bangkit di dalam diriku, dan ketakutanku mereda.
Sore itu setelah jam 7 malam, mereka memborgol tanganku ke belakang, membawa aku ke ruang interogasi di lantai atas dan mendorong aku ke lantai. Ada segala jenis alat penyiksaan seperti tali, tongkat kayu, pentungan, cambuk, dll. Seorang polisi jahat memegang pentungan listrik di tangannya, yang mengeluarkan bunyi "kejutan listrik dan letupan" yang berisik, dan dia menanyakan informasi dengan ancaman: "Berapa banyak orang di gerejamu? Di mana kalian bertemu? Siapa pemimpinnya? Berapa banyak orang di wilayah ini yang mengabarkan injil? Ayo bicara! Kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya!" Aku melihat ke arah bahaya pentungan listrik yang semakin dekat dan sekali lagi melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan alat-alat penyiksaan; aku tidak kuasa menahan perasaan gugup dan takut. Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup menahan siksaan ini, jadi aku terus memanggil Tuhan. Melihat aku tidak mengatakan apa-apa, dengan ganas ia menolok sebelah kiri dadaku dengan tongkat listrik. Ia menyetrumku selama hampir satu menit. Aku langsung merasa seakan-akan darah di dalam tubuhku mendidih; aku berada dalam kesakitan yang luar biasa dari ujung kepala hingga kaki dan aku pun berguling-guling di lantai sambil berteriak tanpa henti. Ia masih belum mau berhenti dan tiba-tiba menyeretku dan menggunakan tongkat untuk mengangkat daguku, sambil berteriak: "Ayo bicara! Kau tidak mau mengakui apa-apa?" Dalam menghadapi siksaan luar biasa oleh setan-setan ini, aku hanya takut bahwa aku akan mengkhianati Tuhan karena tidak kuasa menahan siksaan mereka. Pada saat itu, aku teringat akan firman Tuhan, "Para penguasa mungkin tampak ganas dari luar, tetapi jangan takut, karena ini disebabkan engkau semua memiliki sedikit iman. Asalkan imanmu bertumbuh, tidak akan ada yang terlalu sulit" ("Bab 75, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan kembali memberiku iman dan kekuatan, dan aku sadar bahwa meskipun polisi jahat di hadapanku membabi buta dan bertindak sembarangan, mereka sebenarnya diatur oleh tangan Tuhan. Tanpa izin Tuhan, mereka tidak bisa membunuhku. Selama aku bersandar pada iman dan mengandalkan Tuhan dan tidak menyerah kepada mereka, mereka pada akhirnya akan gagal dan merasa malu. Saat memikirkan hal ini, aku menghimpun segenap kekuatan di tubuhku dan menjawab dengan lantang: "Kenapa kau membawaku ke sini? Kenapa kau menyetrumku dengan tongkat listrik? Memang kejahatan apa yang telah aku lakukan?" Polisi jahat itu tiba-tiba tidak bisa berkata apa-apa dan hati nuraninya merasa bersalah. Ia terbata-bata dan tidak bisa berkata apa-apa. Lalu ia pergi dengan menunduk malu. Saat melihat situasi memalukan akibat dilema si Iblis, hatiku tergerak dan aku pun menangis. Dalam keadaan yang berat ini, aku benar-benar mengalami kuasa dan otoritas firman Tuhan Yang Mahakuasa. Asalkan firman Tuhan diterapkan dan diikuti, maka aku akan melihat perbuatan Tuhan. Dua petugas polisi datang lima atau enam menit kemudian, tetapi kali ini mereka mencoba taktik lain. Seorang petugas kurus berkata kepada aku dengan sangat hangat, "Bersikaplah baik. Jawab pertanyaan kami, jika tidak, kami tidak akan bisa melepaskanmu." Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, jadi dia membawakan selembar kertas untuk aku tanda tangani. Melihat kata-kata "pendidikan ulang melalui kerja paksa" tertulis di atasnya, aku menolak. Petugas lainnya menampar telinga kiriku, cukup keras sampai aku hampir jatuh ke lantai. Telingaku berdenging beberapa saat dan butuh beberapa saat untuk mendapatkan kembali kejernihannya. Mereka memborgolku lagi dan mengurungku di kamar kecil itu.
Setelah kembali ke ruangan kecil, aku memar-memar dan remuk redam, dan rasa sakitnya tak tertahankan. Hatiku dipenuhi dengan perasaan sedih dan lemah: mengapa orang-orang percaya harus menderita seperti ini? Aku mengkhotbahkan Injil dengan maksud baik, agar orang-orang dapat mencari kebenaran dan diselamatkan, dan tak diduga-duga aku menderita penganiayaan ini. Saat memikirkannya, aku semakin merasa diperlakukan tidak adil. Aku berseru kepada Tuhan dalam doa dalam penderitaanku, berkata, "Oh Tuhan, tingkat pertumbuhanku terlalu kecil dan aku terlalu lemah. Tuhan, aku ingin bersandar pada-Mu dan menjadi saksi bagi-Mu. Mohon Engkau membimbingku." Kemudian, aku memikirkan lagu pujian firman Tuhan: "Jangan berkecil hati, jangan lemah, Aku akan mengungkapkan kepadamu. Jalan menuju kerajaan tidak semulus itu, tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkat datang dengan mudah, bukan? Zaman sekarang semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Jika tidak, hati yang penuh kasih yang engkau miliki terhadap-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati kepada-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya, hanya saja ujian-ujian itu berbeda pada taraf tertentu. Peristiwa itu merupakan salah satu berkat-Ku. Berapa banyak orang yang sering berlutut di hadapan-Ku untuk meminta berkat-Ku? Anak-anak bodoh! Engkau selalu merasa bahwa beberapa kata keberuntungan dianggap sebagai berkat-Ku, namun tidak merasa bahwa kepahitan adalah salah satu berkat-Ku" ("Rasa Sakit Ujian adalah Berkat dari Tuhan" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Itu benar. Menghadapi penganiayaan dan kesulitan ini adalah agar Tuhan dapat menyempurnakan iman dan kasihku. Lingkungan itu adalah berkat Tuhan. Bagaimana aku bisa mengeluh dan menyalahkan Tuhan? Aku ditangkap dan disiksa, tetapi sepanjang ujian berat itu Tuhan membimbingku dengan kata-kata-Nya; ini adalah kasih Tuhan. Aku menyanyikan lagu pujian itu di dalam hatiku, dan semakin lama aku menyanyikannya, aku semakin merasa bersemangat. Itu juga memulihkan imanku dan aku bersumpah kepada Tuhan: "Tuhan, tidak peduli bagaimana polisi menyiksaku, aku ingin menjadi saksi dan tidak pernah mengkhianati-Mu. Aku bertekad untuk mengikuti-Mu sampai akhir."
Di pusat tahanan, polisi jahat itu terus menggunakan segala jenis metode penyiksaan terhadapku dan sering menghasut narapidana lainnya untuk memukuli aku. Di tengah-tengah hawa musim dingin yang menusuk, mereka menyuruh para narapidana menyiramiku dengan air dingin dan memaksaku mandi dengan air dingin. Aku gemetar kedinginan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mengalami serangan panik dan berkeringat, hatiku sakit sampai-sampai punggungku ikut sakit juga. Di tempat ini, para narapidana adalah mesin pencari uang bagi pemerintah dan tidak memiliki hak hukum. Mereka tidak punya pilihan selain bertahan hidup di sel yang penuh sesak dan dimanfaatkan layaknya budak. Penjara itu memaksaku mencetak uang kertas yang digunakan sebagai sesajen bakaran untuk orang mati sepanjang hari. Awalnya, mereka membuat aturan bahwa aku harus mencetak 1000 kertas setiap harinya, lalu mereka menaikkannya menjadi 1.800 kertas per hari, dan akhirnya 3.000. Jumlah ini mustahil bagi orang yang sudah berpengalaman, apalagi bagiku yang tidak punya pengalaman. Pada kenyataannya, mereka sengaja mengatur agar aku tidak bisa menyelesaikannya sehingga mereka punya alasan untuk menyiksa dan menghancurkan aku. Setiap kali aku tidak bisa memenuhi kuota, polisi jahat itu akan memasang belenggu seberat lebih dari 5 kg pada kakiku, dan mereka memborgol tangan dan kakiku. Aku hanya bisa duduk sambil menundukkan kepala dengan pinggang yang bengkok, kalau tidak aku tidak akan bisa bergerak. Selain itu, polisi yang tidak manusiawi dan tidak punya perasaan itu tidak pernah bertanya atau memedulikan kebutuhan dasarku. Meskipun ada toilet di dalam sel penjara, aku sama sekali tidak bisa menghampiri dan menggunakannya; aku hanya bisa memohon kepada teman satu sel untuk mengangkatku ke atas toilet. Kalau mereka narapidana yang agak baik, mereka akan menarikku berdiri; tetapi jika tidak ada yang membantuku, aku tidak punya pilihan lain selain menahannya. Waktu yang paling menyakitkan adalah saat makan, karena tangan dan kakiku diborgol jadi satu. Aku hanya bisa sekuat tenaga menundukkan kepalaku dan mengangkat tangan dan kakiku. Hanya inilah caraku bisa menaruh roti gulung ke dalam mulutku. Aku menghabiskan banyak energi untuk setiap gigitan. Borgol-borgol itu membuat tangan dan kakiku lecet dan sangat sakit. Setelah beberapa lama, kulit pergelangan tangan dan kakiku menjadi hitam mengilap dan kapalan. Seringkali aku tidak bisa makan saat diborgol, dan terkadang para narapidana akan memberiku dua roti gulung kecil. Mereka lebih sering memakan bagianku dan aku terpaksa bertahan dengan perut kosong. Jatah minumku bahkan lebih sedikit lagi; awalnya, setiap orang hanya diberi dua mangkuk air per hari, tetapi aku diborgol dan tidak dapat bergerak, jadi aku jarang bisa minum air. Siksaan yang tidak manusiawi itu sungguh tak terperi. Aku mengalami penyiksaan yang tidak manusiawi semacam itu sebanyak empat kali, yang berlangsung selama sepuluh hari. Bahkan dalam kondisi seperti itu, petugas menyuruh aku bekerja pada shift malam. Aku sudah lama sekali tidak makan sampai kenyang; rasa laparku sering membuatku rentan terhadap serangan panik, mual, dan sesak di dadaku. Aku juga sekurus garu. Ketika rasa laparku sampai pada titik di mana aku benar-benar tidak bisa menahannya, aku memikirkan apa yang Tuhan Yesus katakan kembali kepada Iblis di tengah pencobaan: "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan" (Matius 4:4) Itu memberiku perasaan lega, dan aku bersiap untuk secara pribadi mengalami kata-kata dari Tuhan dalam penganiayaan Iblis terhadapku. Aku menenangkan diri di hadapan Tuhan untuk berdoa dan merenungkan firman-Nya, dan sebelum aku menyadarinya, rasa sakit dan laparku telah mereda. Suatu ketika seorang tahanan berkata kepadaku: "Ada seorang muda yang diborgol dan kelaparan sampai mati seperti ini sebelumnya. Aku telah melihat bahwa kau belum makan banyak selama beberapa hari dan kau masih bersemangat seperti itu." Mendengar kata-katanya, aku diam-diam bersyukur kepada Tuhan. Aku sangat merasakan bahwa inilah kekuatan hidup dalam firman Tuhan yang mendukungku. Ini benar-benar membuatku merasa bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, jalan dan hidup dan tentunya fondasi tempatku bergantung untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, imanku kepada Tuhan tanpa disadari meningkat. Dalam lingkungan kesengsaraan ini aku mampu benar-benar mengalami kenyataan kebenaran bahwa "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan." Ini benar-benar harta kehidupan paling berharga yang telah Tuhan berikan kepadaku, dan merupakan karunia bagiku yang tak ada duanya. Selain itu, aku tidak akan mungkin bisa memperoleh karunia ini dalam lingkungan di mana aku tidak perlu khawatir tentang pakaian ataupun makanan. Sekarang ini, penderitaanku begitu bermakna dan berharga!
Pengalaman penganiayaan dan penyiksaan itu meningkatkan kebencian yang kumiliki di hatiku terhadap Partai Komunis. Aku ditangkap dan mengalami segala macam penyiksaan karena hanya percaya pada Tuhan. Itu adalah penganiayaan yang tidak manusiawi; itu benar-benar jahat! Aku memikirkan bagian firman Tuhan yang pernah kubaca sebelumnya: "Permukaan jurang yang dalam ini kacau dan gelap, sementara rakyat yang menderita penderitaan seperti itu, berseru kepada surga dan mengeluh kepada bumi. Kapankah manusia akan mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi? Manusia kurus kering dan kerempeng, bagaimana ia mampu melawan Iblis yang kejam dan tiran ini? Mengapa ia tidak mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan secepat yang ia bisa? Mengapa ia masih bimbang? Kapan ia bisa menyelesaikan pekerjaan Tuhan? Karena tanpa tujuan ditindas dan ditekan, seluruh hidupnya pada akhirnya dihabiskan dalam kesia-siaan; mengapa ia begitu terburu-buru datang dan begitu buru-buru untuk pergi? Mengapa ia tidak menyimpan sesuatu yang berharga untuk diberikan kepada Tuhan? Apakah ia sudah lupa akan ribuan tahun kebencian?" ("Pekerjaan dan Jalan Masuk" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Pengalaman ini menunjukkan kepada aku hakikat sebenarnya dari Partai Komunis sebagai musuh Tuhan, musuh kebenaran. Ia memperkuat tekadku untuk menjadi saksi bagi Tuhan.
Satu bulan kemudian, polisi PKT mengajukan tuntutan terhadapku atas "mengganggu ketertiban masyarakat dan menghancurkan penerapan hukum"; Aku dihukum selama satu tahun kerja paksa. Begitu aku memasuki kamp buruh, polisi jahat itu memaksa aku bekerja setiap hari. Saat aku ada di bengkel menghitung karung, aku harus menghitung 100 karung dan mengikatnya jadi satu. Para narapidana dengan sengaja datang dan mengambil satu karung dari setiap ikat yang sudah aku hitung, lalu berkata bahwa aku salah menghitung dan menjadikannya kesempatan untuk memukul dan menendangku. Saat kapten tim melihat aku dipukuli, ia akan menghampiri aku dan dengan munafik bertanya apa yang sedang terjadi, lalu para narapidana akan menunjukkan bukti palsu bahwa aku tidak menghitung cukup banyak karung. Lalu aku harus tahan dihujani kata-kata kritik yang tegas dari kapten tim. Kapan pun aku merasa dirugikan dan kesakitan, aku akan menyanyikan lagu pujian firman Tuhan saat aku bekerja: "Maka bawalah t'rus kesaksianmu s'lama akhir zaman. Seb'rapa pun kau derita, s'lama kau masih bernafas, tetap setia, pada Tuhan. Itu kasih sejati, s'buah kesaksian yang kuat" ("Berusahalah Kasihi Tuhan Tak Peduli Seberapa Besar Penderitaanmu" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Saat aku bernyanyi dan bernyanyi, aku mulai merasa terharu dan terinspirasi, dan aku tidak dapat menghentikan air mata mengalir di pipiku. Aku menetapkan tekadku bahwa tidak peduli seberapa banyak aku menderita, aku akan menjadi saksi bagi Tuhan. Ada saudara lain yang seumuran denganku yang kebetulan dikurung denganku saat itu. Kami tidak diizinkan untuk berbicara ketika kami bekerja pada siang hari, tetapi pada malam hari kami diam-diam menuliskan bagian dari firman Tuhan dan lagu pujian yang kami hafal dan saling bertukar. Setelah beberapa lama kami ditugaskan untuk bekerja sama, jadi kami akan berbagi persekutuan secara diam-diam, saling membantu dan menyemangati. Itu sangat membantu meringankan penderitaan.
Selain itu, mereka juga memerintahkan aku untuk menghapal "tata tertib" setiap pagi, dan jika aku tidak hapal, aku akan dipukuli; mereka juga memaksa aku menyanyikan lagu-lagu pujian bagi partai komunis. Jika mereka melihat aku tidak bernyanyi atau bibirku tidak bergerak, aku pasti akan dipukuli malam harinya. Mereka juga menghukum aku dengan memaksaku mengepel lantai, dan jika mereka tidak puas dengan hasil mengepelku, aku akan dipukuli dengan kejam. Suatu waktu, beberapa orang narapidana tiba-tiba mulai memukuli dan menendangku. Setelah selesai, mereka bertanya kepadaku: "Hei anak muda, kau tahu kenapa kau dipukuli? Itu karena kau tidak berdiri dan memberi salam kepada sipir saat ia datang!" Setiap kali sehabis dipukuli, aku menjadi marah tetapi tidak berani berkata apa-apa; aku hanya bisa menangis dan diam-diam berdoa kepada Tuhan, bercerita kepada-Nya mengenai kebencian dan kesedihan dalam hatiku karena tempat yang tidak taat hukum dan tidak masuk akal ini. Akal sehat tidak ada di sini, hanya ada kekerasan. Tidak ada manusia di sini, hanya ada setan-setan gila dan kalajengking! Aku merasa begitu kesakitan dan tertekan hidup dalam perjuangan ini; aku tidak mau tinggal semenit lebih lama. Setiap kali aku jatuh dalam kondisi yang lemah dan sakit, aku pun teringat akan firman Tuhan: "Pernahkah engkau semua menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang dibuat untukmu? Di bawah bimbingan terang-Ku, engkau semua pasti akan menerobos cengkeraman kekuatan kegelapan. Engkau pasti tidak akan kehilangan terang yang membimbingmu di tengah kegelapan. Engkau pasti akan menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi seorang pemenang di hadapan Iblis. Saat runtuhnya kerajaan si naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kumpulan besar orang banyak untuk menjadi saksi bagi kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan berdiri teguh dan tak tergoyahkan di tanah Sinim. Melalui penderitaan yang kautanggung, engkau akan mewarisi berkat-berkat-Ku, dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" ("Bab 19, Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan membangkitkan semangatku. Baik yang Tuhan lakukan terhadapku itu kasih karunia dan anugerah ataukah ujian dan pemurnian, semua itu ada untuk menyediakan kebutuhanku dan menyelamatkan aku, menempatkan kebenaran dalam diriku dan menjadikan kebenaran sebagai hidupku. Hari ini, Tuhan mengizinkan penganiayaan dan kesengsaraan ini datang kepadaku. Meskipun membuatku sangat menderita, hal tersebut memungkinkan aku untuk melihat dengan jelas hakikat jahat si naga merah yang sangat besar dalam melawan dan membenci Tuhan, membenci dan meninggalkannya, sepenuhnya lepas dari pengaruh Iblis, dan sepenuhnya berpaling kepada Tuhan dan dijadikan pemenang oleh Tuhan. Hal tersebut juga memungkinkan aku untuk benar-benar mengalami bahwa Tuhan ada bersamaku, membuatku sungguh-sungguh menikmati firman Tuhan yang menjadi roti kehidupan dan pelita bagi kakiku serta terang bagi jalanku, yang membimbingku berjalan langkah demi langkah melalui lubang neraka yang gelap ini. Inilah kasih dan perlindungan Tuhan yang aku nikmati dan peroleh selama proses penderitaanku. Saat itu, aku mampu menyadari bahwa aku begitu buta dan egois dan terlalu serakah. Dalam kepercayaanku kepada Tuhan, aku hanya tahu bagaimana menikmati kasih karunia dan anugerah Tuhan, tetapi tidak sedikit pun mencari kebenaran dan hidup. Saat dagingku mengalami sedikit saja kesusahan, aku tidak henti-hentinya mengeluh; Aku sama sekali tidak memahami kehendak Tuhan dan tidak berupaya memahami pekerjaan Tuhan. Aku selalu menyebabkan Tuhan merasa sedih dan sakit karena diriku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani! Saat merasa sesal dan menyalahkan diri sendiri, aku diam-diam berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, aku dapat melihat bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah untuk menyelamatkan dan memperoleh diriku. Aku hanya benci karena aku begitu memberontak, dan buta. Aku selalu salah memahami Engkau dan tidak mempedulikan kehendak-Mu. Ya Tuhan, hari ini firman-Mu telah membangkitkan hati dan semangatku yang sudah mati rasa dan menyebabkan aku memahami kehendak-Mu. Aku tidak lagi mau memiliki keinginan dan tuntutan pribadi; aku hanya akan tunduk pada pengaturan-Mu. Tidak peduli berapa banyak penderitaan yang harus kutanggung, aku akan memberikan kesaksian kepada-Mu di sepanjang penganiayaan oleh si Iblis. Setelah berdoa, aku pun memahami maksud baik Tuhan dan tahu bahwa setiap lingkungan yang Tuhan izinkan kualami adalah kasih dan keselamatan terbesar Tuhan bagiku. Oleh karena itu, aku tidak akan lagi berpikir untuk lari dari Tuhan atau salah memahami-Nya. Meskipun keadaan saat ini tetap sama, hatiku benar-benar dipenuhi kebahagiaan dan sukacita; Aku merasa terhormat dan bangga dapat mengalami kesusahan dan dianiaya oleh karena kepercayaanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Itu adalah hadiah yang tak ada duanya bagi orang yang rusak seperti diriku; ini adalah anugerah dan kasih karunia Tuhan yang istimewa bagiku.
Setelah mengalami setahun penuh kesengsaraan di penjara, aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku begitu kecil dan aku tidak banyak memiliki kebenaran. Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar menutupi kekuranganku melalui lingkungan yang unik ini dan telah memungkinkanku untuk bertumbuh. Dalam kesengsaraanku, Ia telah membuatku memperoleh harta paling berharga dalam hidup dan membuatku memahami banyak kebenaran yang sebelumnya tidak kupahami, dan membuatku dengan jelas melihat penampakan Iblis, si setan yang menjijikkan serta hakikat penentangannya yang reaksioner terhadap Tuhan. Aku mengenali kekejiannya dalam menganiaya Tuhan Yang Mahakuasa dan membantai umat Kristiani. Aku sungguh mengalami keselamatan yang agung dan belas kasih Tuhan Yang Mahakuasa bagiku, orang yang rusak ini, dan aku telah merasakan bahwa kekuatan dan kehidupan dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa dapat memberiku terang dan menjadi hidupku serta membimbingku untuk mengalahkan Iblis dan dengan gigih berjalan keluar dari lembah kekelaman. Terima kasih Tuhan!
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik