Menyambut Kembalinya Kembali Tuhan Yesus
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Go down
avatar
Admin
Admin
Jumlah posting : 387
Join date : 12.02.20
https://tuhan-yesus.forumotion.me

Kesadaran Seorang Kartunis Empty Kesadaran Seorang Kartunis

Mon Feb 01, 2021 7:19 pm
Kesadaran Seorang Kartunis


Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Orang menghabiskan tenaga seumur hidup bertarung melawan nasib, selalu terburu-buru, menafkahi keluarganya dan menyibukkan dirinya dengan kekayaan dan status. Hal-hal yang dipandang bernilai oleh orang-orang adalah keluarga, uang, dan ketenaran; mereka memandang hal-hal ini yang paling bernilai dalam kehidupan. Semua orang mengeluh akan nasib mereka, tetapi mereka tetap mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang paling wajib untuk didalami dan dipahami: Mengapa manusia hidup? Bagaimana manusia semestinya hidup? Apa nilai dan arti dari kehidupan? Mereka menghabiskan sepanjang hidup mereka terburu-buru mencari ketenaran dan kekayaan, sampai masa muda mereka cepat berlalu dan mereka telah menjadi tua dan keriput. Mereka hidup seperti ini sampai mereka sadar bahwa ketenaran dan kekayaan tidak dapat mencegah kepikunan, bahwa uang tidak dapat mengisi kehampaan dalam hati; sampai mereka paham bahwa tidak seorang pun yang bebas dari hukum kelahiran, penuaan, kesakitan, dan kematian, bahwa tidak ada yang bisa melarikan diri dari apa yang telah digariskan oleh nasib. Ketika mereka terpaksa menghadapi titik akhir kehidupan, barulah mereka mengerti bahwa meskipun memiliki kekayaan, aset, hak istimewa atau pangkat tinggi, orang tetap tidak bisa luput dari maut setiap orang akan kembali pada kedudukannya semula: jiwa kesepian yang tidak punya apa-apa, tanpa nama" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan adalah sebuah wakil sejati dari hidupku sendiri. Aku terbiasa sangat menghargai nilai uang dan status. Ketika menyadari bahwa aku berbakat menggambar kartun, aku berharap bisa menggunakannya sebagai papan loncatan menuju perubahan hidupku dalam mendapatkan uang dan status dan menjadi seseorang yang menurut orang lain adalah orang sukses. Namun, setiap kali aku kirimkan karya kartunku, selalu ditolak. Aku habiskan lebih dari 30 tahun mengejar cita-citaku dan hasilnya adalah pikiran lelah dan badanku remuk. Hanya dengan keselamatan Tuhan pada akhir zaman dan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa aku mulai berpikir bagaima seseorang seharusnya hidup dan apa nilai kehidupan yang sebenarnya.

Ketika di sekolah menengah, aku senang menggambar kartun. Aku sering mempelajari dan berlatih menggambar kartun. Ketika usiaku 25, aku bertemu dengan seorang kartunis. Para penggemar kartun berkumpul di sekeliling dirinya dan aku sangat menginginkan seperti itu. Aku berharap suatu hari nanti bisa seperti dia dan menjadi pusat perhatian hormat orang lain. Aku tahu bahwa aku masih sangat jauh menjadi sehebat dia. Masih banyak yang harus kulakukan. Namun, aku juga percaya bahwa satu hari nanti secepatnya, dengan bekerja keras aku bisa terkenal dengan usaha sendiri. Berpegang teguh pada keyakinan ini, aku habiskan lebih dari 10 tahun menggambar kartun. Selama itu, untuk memperbaiki keterampilan menggambarku, aku tidak ragu untuk menghabiskan gaji beberapa bulan untuk pengetahuan kartun senilai puluhan ribu yuan untuk menjadikan diriku di depan. Aku tekun menggambar setiap hari untuk mengasah dan mempertajam keterampilanku. Setelah waktu yang lama melakukan ini, jari-jemariku rusak dan penglihatanku kabur tetapi aku bersikeras dan terus maju mencapai cita-cita. Setiap kali seseorang memuji karya kartunku, aku menjadi sangat bahagia. Aku bahkan berkhayal bahwa aku adalah seorang kartunis yang terkenal di seluruh dunia, mengendarai mobil yang bagus dan tinggal di rumah yang mewah. Namun, di kehidupan nyata, aku hanya seorang karyawan tak dikenal di sebuah perusahaan. Tidak ada peluang bagiku untuk menjadi terkenal. Sebagus apa pun keterampilan kartunku, aku hanya bisa menghasilkan sedikit uang. Ini bukan gaya hidup yang aku inginkan.

Dalam usaha menjadi yang terdepan, aku berhasil lulus masuk ke dalam perusahaan kartun terbesar di Asia. Karena banyak seniman terkenal berasal dari sana, aku pikir mungkin jika aku bekerja di sana dan ada satu kesempatan yang datang, ketenaran sudah dekat. Suatu hari, bos penerbit kartun ingin membuat sebuah majalah bersama kartunis setempat dan datang untuk mencari orang yang berbakat. Mendengar berita itu, aku sangat tergugah. Aku pikir ini sebuah peluang yang berasal dari atas. Akhirnya aku mendapatkan sebuah kesempatan untuk memamerkan bakatku dan menjadi terkenal. Aku habiskan sebagian besar waktu memikirkan tentang konsep, bahan sumber, alur cerita, dan warna kartun itu. Aku tenggelam di dalamnya dan menemukan banyak referensi bahan yang harus dilihat. Setelah beberapa hari, akhirnya karya kartunku selesai dikerjakan. Aku berangkat menemui bos, penuh harapan Namun, tebak apa? Gagasanku bukan selera dia. Kami berdebat dan aku menyinggung dia. Pada akhirnya, bos itu memilih karya kartun sesama kartunis lain. Dan begitu saja, harapanku hilang menguap.

Setelah itu aku menjadi sangat kesal. Namun, aku tidak biarkan diri menjadi patah semangat. Aku kirim kartun lainnya ke sebuah penerbit. Editor sangat menyukainya dan aku pun menjadi seniman untuk perusahan penerbitan itu. Tak lama kemudian, penerbit mengatur kerja sama aku dengan seorang editor dalam menyelesaikan karya kartun. Aku sangat bersemangat untuk memberikan kemampuan terbaikku. Namun, kemudian aku temukan bahwa kesuksesan kartun kami terletak pada keputusan sang bos yang telah aku sudutkan. Segera saja aku mengalami konflik aku tahu sebagus apa pun pekerjaan kami, saat sampai ke bos itu, karya kami berhenti di situ. Aku hanya bisa menyerah, Tahun-tahun itu aku berusaha keras mencoba mewujudkan mimpi-mimpiku hanya untuk menemui kegagalan setiap kali. Aku merasa putus asa dan tidak ada kata untuk menggambarkan sakit yang kurasakan di hatiku. Aku berpikir jalan di depan tak mungkin ditempuh.

Setelah itu, untuk waktu yang sangat lama, aku merasa menggambar kartun menjadi sangat menyakitkan, hingga ke titik di mana aku tidak mau menggambar lagi. Namun, aku tidak bersedia menyerahkan mimpiku menjadi seorang kartunis. Setelah waktu dan uang yang aku habiskan selama bertahun-tahun serta mengorbankan kesehatanku, bagaimana aku bisa menyerah begitu saja? Jadi kemudian aku terus menggambar ... Bertahun-tahun berlalu, dan aku telah menyerahkan kartun yang tidak terhitung jumlahnya ke beberapa penerbit tetapi pada akhirnya, semua itu sia-sia. Kegagalan demi kegagalan membawa penderitaan pada rohku. Terutama ketika aku melihat barisan panjang karya kartun oleh mantan rekan-rekan diletakkan pada rak-rak, hatiku ini sangat cemburu. Aku habiskan lebih dari 30 tahun pada karya kartun ini dan semua ini tidak ada hasilnya. Aku tidak mengerti mengapa orang lain bisa berhasil tetapi aku tidak pernah dapat peluang untuk mencurahkan bakatku dalam pekerjaan. Mengapa semua kerja kerasku untuk suatu hal yang sangat kuinginkan tidak berhasil dicapai? Apakah ini nasibku yang sebenarnya? Apakah aku ditakdirkan untuk tidak pernah kaya dan terkenal dalam hidup? Mengapa hidup ini sangat sulit?

Meskipun aku tidak pernah mendapatkan apa yang kuinginkan, hatiku sangat ingin meraih kesuksesan. Mungkin saja hanya ada seberkas cahaya harapan yang redup, tetapi aku bersedia mengerahkan semua yang aku punya. Kemudian, aku temukan bahwa pasar di Eropa dan A.S sangat besar, jadi aku berpikir untuk mengalihkan perhatianku ke sana. Mungkin aku masih bisa kaya dan terkenal. Jadi, aku bangkitkan semangat dan mulai belajar gaya kartun dunia barat. Setelah beberapa lama, akhirnya aku selesaikan karyaku sendiri. Aku makin bersemangat. Aku berencana mengirim karyaku ke penerbit luar negeri. Ternyata penyelamatan Tuhan pada akhir zaman yang mendatangiku. Meski aku tahu bahwa Tuhan mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman untuk mentahirkan dan menyelamatkan manusia, sepanjang hari aku disibukkan dengan kartun dan aku tidak cukup menenangkan hatiku, apalagi membaca firman Tuhan dengan benar. Tepat saat aku merasa puas dan bersiap untuk mengirim kartunku ke luar negeri, aku ketahui bahwa aku harus menerjemahkannya ke bahasa inggris dan itu memakan biaya.yang besar. Padahal selama beberapa tahun, semua gajiku kuhabiskan untuk kartun. Aku tidak punya apa-apa untuk membayar biaya penerjemahan. Tidak ada yang dapat kulakukan selain menyerah mengirimkan kartunku ke luar negeri.

Lalu pada suatu hari, aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: Meskipun manusia selalu terburu-buru, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau akan tetap menjadi makhluk ciptaan?" "Karena orang-orang tidak mengakui pengaturan dan kedaulatan Tuhan, mereka selalu menghadapi nasib dengan perlawanan, dengan sikap memberontak, dan selalu ingin menyingkirkan otoritas dan kedaulatan Tuhan dan hal-hal yang telah diatur oleh nasib bagi mereka, berharap dengan sia-sia untuk mengubah keadaan dan nasib mereka. Namun, mereka tidak akan berhasil; mereka digagalkan pada setiap kesempatan. Pergumulan ini, yang terjadi jauh di dalam jiwa seseorang, adalah hal yang menyakitkan; pedihnya tak terlupakan; dan hanya mengikis masa hidupnya. Apa sebab dari kepedihan ini? Apakah karena kedaulatan Tuhan, ataukah karena seseorang dilahirkan tidak beruntung? Sudah jelas keduanya tidak benar. Pada dasarnya, ini disebabkan oleh jalan yang diambil setiap orang, cara yang mereka pakai untuk menjalani kehidupan mereka" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah memikirkan firman Tuhan, tiba-tiba aku melihat terang. Nasib seseorang sepenuhnya ada di tangan Tuhan Sendiri. Itu bukan sesuatu yang bisa kita ubah sendiri. Kita hanya makhluk ciptaan. Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi besok, jadi bagaimana mungkin kita bisa mengendalikan nasib kita sendiri? Di dalam kenyataannya, untuk setiap pekerjaan yang aku akan lakukan, pencapaian yang aku akan raih dan apakah aku akan berkarier atau tidak, Tuhan telah menentukan hal itu jauh sebelumnya. Namun, aku tidak mengakui kedaulatan Tuhan. Aku selalu mengadu nasib dengan menggunakan pikiran dan talentaku. Aku selalu menentang peraturan Tuhan dan sia-sia berharap dapat mengubah nasibku sendiri. Itulah mengapa aku dulu hidup penuh penderitaan. Memikirkan kembali 30-an tahun lalu, Aku berjuang tanpa henti untuk menjadi seorang kartunis kaya, sukses, dan ternama. Berulang kali aku gagal, tetapi aku pantang menyerah. Waktu demi waktu aku menyerahkan pekerjaanku dan setiap kali adalah kemunduran lain. Ini membuat rohku merasakan derita yang amat menyakitkan. Aku mengalami semua rasa sakit ini karena memilih cara hidup yang salah. Apa yang menyebabkan ini adalah aku mencoba untuk melawan nasibku, menggunakan sesuatu yang menjadi keahlianku dan berusaha selalu terdepan.

Lalu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa. "Sebenarnya, seluhur apa pun cita-cita manusia, serealistis apa pun keinginan manusia, atau seberapa pantas tampaknya hal-hal tersebut, semua yang ingin dicapai manusia, semua yang dicari manusia, terkait erat dengan dua kata. Kedua kata ini sangat penting bagi kehidupan setiap orang, dan kedua kata ini adalah hal-hal yang ingin Iblis tanamkan dalam diri manusia. Apakah kedua kata ini? Kedua kata ini adalah 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Iblis menggunakan metode yang sangat halus semacam ini, sebuah metode yang sangat selaras dengan gagasan manusia, yang sama sekali tidak radikal, yang melaluinya menyebabkan orang tanpa sadar menerima cara hidup Iblis, aturan-aturan Iblis untuk dijalani, dan untuk menetapkan tujuan hidup serta arah mereka dalam kehidupan, dan dengan melakukannya, mereka juga tanpa sadar jadi memiliki ambisi dalam kehidupan mereka. Sebesar apa pun tampaknya ambisi kehidupan ini, semua itu terkait erat dengan 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Segala sesuatu yang diikuti oleh orang hebat atau terkenal mana pun—oleh semua orang—dalam kehidupan, sebenarnya hanya terkait dengan dua kata ini: 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Orang mengira bahwa, dengan ketenaran dan keuntungan, orang memiliki modal untuk menikmati kemuliaan dan kekayaan, serta menikmati hidup; bahwa, dengan ketenaran dan keuntungan, orang memiliki modal untuk bersenang-senang dan menikmati kesenangan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka dan semua yang mereka miliki, masa depan dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya bahkan tanpa sedikit pun keraguan, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia).

Firman Tuhan sangat menggugah hatiku yang paling dalam. Karena dari pengungkapan dalam firman Tuhan, aku menjadi sadar bahwa alasan aku selalu ingin menjadi seorang kartunis ternama dan berjuang sengit untuk itu karena aku disesatkan dan dirusak oleh Iblis dan hanyut dalam keinginan menjadi tenar. Iblis mengisi kepala kita dengan ide-ide yang sesat, seperti "Orang harus selalu berusaha menjadi lebih baik dari rekan seangkatannya," "Jadilah lebih menonjol daripada orang lain," Manusia bergelut ke atas, air mengalir ke bawah" dan tentu saja "Tidak ada usaha, tidak ada hasil" melalui penggunaan pendidikan di sekolah dan pengaruh oleh orang-orang besar dan terkenal. Iblis membuat kita menetapkan tujuan yang salah dalam bekerja keras untuk menjadi lebih baik daripada orang lain dan membuat kita berpikir bahwa hanya dengan ketenaran dan status, berbeda daripada orang lain, lebih menonjol, dan membuat orang lain memikirkan bahwa hidup kita ini bernilai atau bermakna. Aku pikirkan semua hal yang dapat akulakukan untuk menjadi seorang kartunis ternama. Aku juga bersedia menghabiskan 30 tahun hidupku, menghabiskan semua tabunganku, dan nyaris menghancurkan kesehatanku. Walaupun setiap kali aku mengirimkan sebuah karya kartun dan ditolak, itu adalah pukulan telak kepadaku, membuatku menderita, dan sering merasa tersesat dan tidak berdaya, dan aku berpikir untuk menyerah, keinginan-keinginanku hidup kembali setiap kali aku membayangkan seperti apa jadi orang terkenal itu dan ini mendorongku untuk berjuang keras mencapai keinginanku sehingga ketika keselamatan Tuhan tiba, aku tidak punya waktu atau kekuatan untuk membaca firman Tuhan. Aku masih bekerja banting tulang, demi ketenaran dan kekayaan dan baru berhenti saat mengalami kendala. Baru saat itulah aku menyadari aku telah dimanipulasi oleh ide-ide ketenaran dan kekayaan, Ide-ide ini mengendalikanku seolah aku ini boneka. Dalam mengejar ketenaran dan kekayaan, aku sering kali khawatir dengan keuntungan dan kerugian. Aku hidup penuh iri dan sakit hati mengeluh tentang nasib yang tidak adil. Aku menjadi sebuah mainan di tangan Iblis. Lalu aku berpikir tentang orang-orang terkenal itu. Walau mereka memiliki reputasi yang mengesankan dan sangat dihormati, dan orang-orang berkumpul di sekitar mereka, ini tidak sama sekali membuat mereka merasa tenang atau puas di dalam hati. Malahan, mereka merasa hampa. Dalam keputusasaan seperti itu mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Banyak mereka di luar sana yang mampu hidup dengan jujur sebelum mereka menjadi orang terkenal, tetapi setelah sukses, mereka terhisap ke dekadensi, degenerasi, dan godaan nafsu birahi. Beberapa mulai mengonsumsi obat terlarang demi mencari sensasi dan menghancurkan hidup mereka. Beberapa berlomba-lomba dengan orang lain untuk ketenaran. Mereka saling menipu, menyerang, dan membunuh sesamanya. Beberapa bahkan menjual tubuhnya demi ketenaran dengan melepas harga diri mereka ... Ini membuat semakin jelas buatku bahwa mengejar ketenaran dan status agar orang menghargai kita ialah bukan jalan yang benar dalam hidup. Itu tidak membawa kebahagiaan sejati bagi kita. Itu hanya semakin membuat kita lebih jahat dan rusak. Mengejar ketenaran, kekayaan, dan status adalah sebuah jalan kejahatan yang Iblis gunakan untuk mencelakai kita. Memahami hal ini, pikiranku menjadi jernih. Tidak lagi aku akan mengejar ketenaran dan kekayaan seperti itu. Tanpa adanya pengungkapan firman Tuhan, Aku tidak pernah melihat sakit dan penderitaan akibat dari pengejaran ini padaku. Iblis akan terus berusaha menipu dan mencelakaiku. Aku putuskan untuk membuat sebuah rencana baru untuk hidupku sendiri. Aku menyerah bermimpi menjadi seorang kartunis dan berhenti mengirim karyaku kepada para penerbit.

Namun saat hampir benar-benar akan berhenti, aku merasa tidak yakin akan melakukannya. Lagi pula, sudah 30 tahun aku bekerja keras berupaya menjadi seorang kartunis mapan dan mumpuni. Apakah aku akan menyerah begitu saja? Suatu hari, aku melihat berita bahwa ada seorang kartunis Taiwan ternama meninggal dunia. Usianya baru 51 tahun. Berita itu membuat perasaanku bercampur aduk. Orang ini adalah seorang yang sangat dihormati di dalam industri ini. Ia telah menghasilkan karya yang bernilai tinggi yang memberi dia pujian dan harga diri yang tinggi. Ia miliki keduanya, ketenaran dan kekayaan. Siapa yang bisa mengira dia akan pergi secepat ini? Aku menarik napas tak berdaya. Apa bagusnya ketenaran, uang, dan status ketika kau kehilangan hidupmu? Berpikir kembali tentang betapa sakitnya tahun-tahun mengejar ketenaran dan kekayaan bagiku, Akuputuskan tidak ingin seperti itu lagi. Aku berdoa di hadapan Tuhan, memohon agar Dia memimpin aku di jalan yang ada di depan dan memampukanku membebaskan aku dari belenggu ketenaran dan kekayaan.

Lalu, aku membaca firman Tuhan di dalam "Tuhan Sendiri, Tuhan yang Unik III": "Ketika engkau berulang kali memeriksa dan dengan hati-hati membedah berbagai tujuan hidup yang ingin dicapai orang, beserta cara-cara hidup mereka yang berbeda-beda, engkau akan menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuan itu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Ia menciptakan umat manusia. Semua hal tadi malahan menjauhkan orang-orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; itu semua adalah perangkap yang memerosotkan akhlak manusia, dan yang membawa orang-orang ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, mengizinkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat penataan bagimu, semata-mata tunduk kepada pengaturan dan bimbingan Tuhan, tidak punya pilihan, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan." "Jika seseorang memandang hidup sebagai kesempatan untuk mengalami kedaulatan Sang Pencipta dan mengenal otoritas-Nya, jika seseorang melihat hidupnya sebagai kesempatan langka untuk melakukan tugasnya sebagai manusia ciptaan dan memenuhi misinya, ia pasti akan memiliki pandangan yang benar akan hidup, akan menjalani hidup yang diberkati dan dibimbing oleh Sang Pencipta, akan berjalan dalam terang Sang Pencipta, mengenal kedaulatan Sang Pencipta, tunduk pada kuasa-Nya, menjadi saksi akan mukjizat dan otoritas-Nya" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan memperlihatkan kepadaku jalan dan arah pencapaian yang benar. Untuk menyingkirkan derita pengejaran ketenaran dari diriku, aku harus melepaskan semua cita-cita dan pandangan hidup yang salah itu. Aku tidak lagi ingin menjadi terkenal demi mendapatkan pujian dan harga diri dari orang lain. Aku mau memberikan seluruh hidupku kepada Tuhan, berserah pada pengaturan Tuhan akan karierku, dan menjadi orang rendah hati, dan memenuhi tugasku sebagaimana makhluk ciptaan. Hanya inilah nilai dalam kehidupan. Di masa lalu aku tidak mengerti kehendak Tuhan dan tidak memiliki pengetahuan tentang kedaulatan-Nya. Aku selalu memiliki banyak keinginan dan rencana hingga ke titik di mana aku harus membuang lebih dari tiga dekade mengejar ketenaran dan kekayaan dan kehilangan arah hidup. Aku tertipu dan terluka parah oleh Iblis. Kini, karena firman Tuhan menunjukkan kepadaku jalan pengamalan, aku tidak lagi hidup mengikuti ide-ide keliru dari Iblis, Tuhan menciptakan semua hal untuk manusia. Dia memberi kita napas kehidupan. Tuhan hadir kembali dalam daging pada akhir zaman untuk menyelamatkan manusia, Aku ini makhluk ciptaan. Aku menikmati semua pemberian Tuhan. Aku harus punya nurani dan perasaan. Aku harus mempergunakan berkat dan talentaku untuk memenuhi tugasku dan menjadi saksi bagi sang Pencipta Sendiri. Ketika aku memahami ini, pikiranku menjadi jauh lebih jernih. Sejak itu aku tahu bagaimana untuk berjalan di jalan-Nya.

Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah memilih dan membawaku kembali ke tanah murni rumah Tuhan. Firman-Nya memelihara, menopang, dan menuntunku untuk mengerti bahwa ketenaran dan kekayaan adalah belenggu yang Iblis gunakan untuk mengekang kita dan bahwa seharusnya aku tidak mengejar ketenaran dan kekayaan. Aku melihat banyak saudara-saudari kita di gereja yang berfokus mengejar kebenaran, memenuhi tugasnya dengan setiadan mengerti lebih banyak kebenaran. Aku iri pada mereka. Di masa lalu aku selalu hidup hanya untuk ketenaran dan menderita karenanya, dan aku tidak mampu lagi melaksanakan tugasku dengan baik. Dengan melaksanakan tugasku menyebarkan injil di dalam gereja pada hari ini, pikiranku terasa tenang, nyaman, dan aku merasa bebas untuk pertama kalinya. Perasaan damai dan bahagia di dalam rohku ini adalah sesuatu yang tidak tergantikan oleh kenikmatan materi atau ketenaran. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang menyelamatkanku!

Kesaksian Kristen pernah dilihat dan didengar, tetapi kesaksian Kristen terbaru akan memberi kamu hasil yang tidak terduga.
Kembali Ke Atas
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik