Renungan Tentang Pertobatan: Bagaimana Seharusnya Orang Kristen Bertobat di Tengah Bencana?
Wed Sep 02, 2020 3:52 pm
Renungan Tentang Pertobatan: Bagaimana Seharusnya Orang Kristen Bertobat di Tengah Bencana?
Oleh Saudari Xiaoyu, USA
Pada tahun 2020, virus COVID-19 menyapu dunia, membuat dunia tenggelam ke dalam kepanikan. Yang juga mengejutkan adalah banyaknya kerumunan belalang yang menyerang Afrika. Dengan datangnya wabah dan kelaparan, semakin banyak orang yang percaya kepada Tuhan mulai merasakan bahwa hari kedatangan Tuhan sudah dekat, dan bahwa kerajaan Tuhan akan segera datang. Tuhan Yesus pernah berkata: "Bertobatlah, Karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 4:17). Inilah yang diminta Tuhan dari setiap kita. Hanya jika kita benar-benar bertobat maka kita akan dilindungi oleh Tuhan dan dibawa masuk ke dalam kerajaan surga sebelum kesengsaraan besar. Jadi apakah yang dimaksud dengan pertobatan sejati, dan bagaimana kita dapat mencapainya
Apakah Perilaku yang Baik Menunjukkan Pertobatan Sejati?
Saat menyebut kata pertobatan, banyak orang percaya di dalam Tuhan akan berkata, "Sekarang setelah kami percaya kepada Tuhan, kami tidak mengumpat atau bertengkar, kami bersikap toleran dan sabar terhadap orang lain, kami sering berdoa dan mengaku dosa kepada Tuhan, kami bekerja dan mengorbankan diri kami untuk Tuhan, dan kami bahkan tidak menyangkal nama Tuhan setelah dijebloskan ke dalam penjara. Perilaku baik ini membuktikan bahwa kami benar-benar telah bertobat. Ketika Tuhan datang kembali, kami akan memasuki kerajaan surga bersama-Nya." Setelah kita mulai percaya kepada Tuhan, kita membuang kebiasaan buruk kita; kita menjadi rendah hati, toleran, kita membantu orang lain, dan kita menjadi mampu menyerahkan segalanya dan mengorbankan diri kita untuk menyebarkan Injil dan menjadi saksi bagi Tuhan. Memang ada beberapa perubahan dalam perilaku kita, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kita belum membebaskan diri kita dari belenggu dosa, dan masih sering hidup dalam dosa, tidak mampu melepaskan diri kita. Contohnya, ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan kepada kita yang tidak menganggu kepentingan utama kita, kita mungkin mampu menahan diri, dan kita tidak akan peduli dengan itu semua. Namun ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyerang gengsi dan status kita serta mempermalukan kita, meskipun kita mungkin tidak mengatakan apa pun yang buruk tentang mereka, ada kebencian dan prasangka terhadap mereka di dalam hati kita, dan kita mungkin bahkan berpikir untuk membalas dendam. Dalam banyak hal, meskipun kita tampaknya tidak melakukan kejahatan besar apa pun, tetapi hati kita sering kali menyimpan pemikiran-pemikiran jahat. Terkadang, kita mungkin mampu menahan diri dan mengendalikan diri untuk sementara waktu, tetapi saat hal itu menjadi terlalu berat bagi kita, kita masih cenderung melakukan kejahatan. Ketika hal-hal seperti itu tersingkap dan diwujudkan di dalam diri kita, dan kita belum terlepas dari belenggu dosa, dapatkah dikatakan bahwa kita telah benar-benar bertobat?
Saat menyebut kata pertobatan, banyak orang percaya di dalam Tuhan akan berkata, "Sekarang setelah kami percaya kepada Tuhan, kami tidak mengumpat atau bertengkar, kami bersikap toleran dan sabar terhadap orang lain, kami sering berdoa dan mengaku dosa kepada Tuhan, kami bekerja dan mengorbankan diri kami untuk Tuhan, dan kami bahkan tidak menyangkal nama Tuhan setelah dijebloskan ke dalam penjara. Perilaku baik ini membuktikan bahwa kami benar-benar telah bertobat. Ketika Tuhan datang kembali, kami akan memasuki kerajaan surga bersama-Nya." Setelah kita mulai percaya kepada Tuhan, kita membuang kebiasaan buruk kita; kita menjadi rendah hati, toleran, kita membantu orang lain, dan kita menjadi mampu menyerahkan segalanya dan mengorbankan diri kita untuk menyebarkan Injil dan menjadi saksi bagi Tuhan. Memang ada beberapa perubahan dalam perilaku kita, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kita belum membebaskan diri kita dari belenggu dosa, dan masih sering hidup dalam dosa, tidak mampu melepaskan diri kita. Contohnya, ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan kepada kita yang tidak menganggu kepentingan utama kita, kita mungkin mampu menahan diri, dan kita tidak akan peduli dengan itu semua. Namun ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyerang gengsi dan status kita serta mempermalukan kita, meskipun kita mungkin tidak mengatakan apa pun yang buruk tentang mereka, ada kebencian dan prasangka terhadap mereka di dalam hati kita, dan kita mungkin bahkan berpikir untuk membalas dendam. Dalam banyak hal, meskipun kita tampaknya tidak melakukan kejahatan besar apa pun, tetapi hati kita sering kali menyimpan pemikiran-pemikiran jahat. Terkadang, kita mungkin mampu menahan diri dan mengendalikan diri untuk sementara waktu, tetapi saat hal itu menjadi terlalu berat bagi kita, kita masih cenderung melakukan kejahatan. Ketika hal-hal seperti itu tersingkap dan diwujudkan di dalam diri kita, dan kita belum terlepas dari belenggu dosa, dapatkah dikatakan bahwa kita telah benar-benar bertobat?
Marilah kita membaca satu bagian firman Tuhan, "Perubahan yang hanya berkaitan dengan perilaku tidak akan bertahan. Jika tidak ada perubahan dalam watak kehidupan seseorang, maka cepat atau lambat, sisi jahatnya akan tampak dengan sendirinya. Karena sumber perubahan dalam perilaku mereka adalah semangat, diikuti oleh sedikit pekerjaan Roh Kudus pada saat itu, sangat mudah bagi mereka untuk menjadi bersemangat, atau menunjukkan kebaikan pada suatu waktu. Seperti yang dikatakan orang tidak percaya, "Melakukan satu perbuatan baik itu mudah, yang sulit adalah melakukan perbuatan baik seumur hidup." Manusia tidak mampu melakukan perbuatan baik seumur hidup mereka. Perilaku mereka diarahkan oleh kehidupan, apa pun kehidupan mereka, begitu juga perilaku mereka dan hanya apa yang dinyatakan secara alamilah yang merepresentasikan kehidupan dan natur seseorang. Hal-hal yang palsu tidak akan bertahan. Ketika Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia, itu bukanlah untuk menghiasi manusia dengan sikap baik—pekerjaan Tuhan adalah untuk mengubah watak manusia, membuat mereka lahir kembali menjadi manusia baru. … Memiliki sikap baik tidak sama dengan menaati Tuhan, apalagi menjadi serupa dengan Kristus. Perubahan dalam perilaku didasarkan pada doktrin dan lahir dari semangat—bukan didasarkan pada pengetahuan sejati akan Tuhan, atau akan kebenaran, dan perubahan itu tidak berdasar pada bimbingan Roh Kudus. Walau ada waktu-waktu di mana sebagian dari apa yang manusia lakukan diarahkan oleh Roh Kudus, ini bukanlah ungkapan kehidupan, apalagi dianggap sama dengan mengenal Tuhan, tidak peduli seberapa baik perilaku seseorang, hal itu tidak membuktikan mereka menaati Tuhan atau mereka melakukan kebenaran. Perubahan perilaku adalah ilusi sementara, itu adalah perwujudan dari semangat, dan bukan merupakan ungkapan kehidupan" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus").
Firman Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa meskipun perilaku kita membaik setelah kita mulai percaya kepada Tuhan, ini bukan berarti ada perubahan dalam watak hidup kita. Kebanyakan perilaku yang baik adalah hasil dari semangat, itu adalah perilaku yang lahir dari doktrin dan aturan, atau itu bisa saja adalah penerapan yang timbul dari digerakkan oleh Roh Kudus. Itu bukan karena kita memahami kebenaran, itu bukan karena kita memiliki pengetahuan tentang Tuhan, dan itu bukan penerapan yang muncul secara alami dari keinginan kita untuk memuaskan dan mengasihi Tuhan. Kita telah dirusak oleh Iblis selama ribuan tahun, kita dipenuhi dengan berbagai macam watak rusak iblis—kecongkakan, kesombongan, keegoisan, kehinaan, pengkhianatan, dan kelicikan. Jika watak ini dibiarkan dan tidak diselesaikan, meskipun kita mungkin mampu menaati aturan tertentu dan kita mungkin tampak saleh secara lahiriah, ini tidak berlangsung lama, dan ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan, kita tidak mampu menghentikan diri kita dari berbuat dosa. Contohnya, dikendalikan oleh natur jahat kita yang congkak dan sombong, kita selalu berusaha membuat orang lain menghormati kita, dan ketika orang lain tidak melakukan apa yang kita katakan, kita langsung dipenuhi amarah dan mulai menceramahi mereka. Diarahkan oleh natur kita yang egois, segala sesuatu yang kita lakukan adalah dengan mempertimbangkan kepentingan kita sendiri; ketika segala sesuatu di rumah berjalan dengan lancar, kita rela untuk menyerahkan segalanya dan mengorbankan diri kita untuk Tuhan, dan kita mampu menanggung kesulitan apa pun. Namun ketika kemalangan datang, kita menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi kita. Kita mungkin bahkan mulai menyesali apa yang telah kita lepaskan, dan berpikir untuk mengkhianati Tuhan. Terkadang kita mengamati tindakan saudara-saudari di gereja yang jelas-jelas melanggar ajaran Tuhan, dan bahkan merusak kepentingan gereja, dan kita seharusnya mengatakan sesuatu kepada mereka. Namun, karena dipengaruhi oleh falsafah iblis dalam kehidupan seperti, "Tidak membicarakan kesalahan teman-teman baik menghasilkan persahabatan yang lama dan berkualitas" dan "Semakin sedikit masalah, semakin baik," kita diam saja, lebih memilih untuk mengorbankan kepentingan gereja demi menjaga hubungan kita dengan mereka. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Ini menunjukkan bahwa jika watak kita yang rusak dibiarkan tidak terselesaikan, kita tidak mampu melakukan kebenaran atau menaati Tuhan, dan bahkan mungkin menentang Dia. Lihat saja contohnya orang-orang Farisi dua ribu tahun yang lalu. Secara lahiriah, mereka tampaknya tidak melakukan kejahatan apa pun. Mereka melakukan perjalanan jauh dan panjang untuk menyebarkan Injil, sering menjelaskan ayat-ayat Alkitab kepada orang-orang, dan mengajar orang untuk menaati hukum Taurat. Kebanyakan perilaku mereka baik, tetapi ketika Tuhan Yesus menampakkan diri dan memulai pekerjaan-Nya, karena Dia terlihat sangat normal dan biasa secara lahiriah dan Dia tidak disebut Mesias, dan karena segala sesuatu tentang Dia bertentangan dengan gagasan mereka, watak jahat mereka yang congkak dan sombong tersingkap. Mereka secara terang-terangan mengutuk dan menghujat Tuhan Yesus, mereka tidak peduli apakah pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah kebenaran, mereka mengabaikan Dia berapa pun banyaknya tanda dan mukjizat yang Dia lakukan, dan akhirnya, mereka bersekongkol dengan para penguasa Romawi untuk menyalibkan Tuhan Yesus.
Hal di atas menunjukkan bahwa meskipun mungkin ada perubahan dalam perilaku eksternal kita, jika tidak ada perubahan dalam watak kehidupan batin kita, kita tetap akan dikuasai oleh watak jahat kita yang rusak dan akan cenderung berbuat dosa dan menentang Tuhan setiap saat. Orang-orang semacam itu juga belum benar-benar bertobat dan pada dasarnya tidak memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan surga. Sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab, "Siapa saja yang melakukan dosa adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tinggal di rumah selamanya: tetapi Anak tetap tinggal selama-selamanya" (Yohanes 8:34–35).
Apa yang Dimaksud Dengan Pertobatan Sejati?
Jadi apakah yang dimaksud dengan pertobatan sejati? Alkitab mencatat, "Berbahagialah mereka yang melakukan perintah-perintah-Nya, sehingga mereka dapat memperoleh hak atas pohon kehidupan dan dapat masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu" (Wahyu 22:14). "Karena itu jadilah kudus, sebab Aku ini kudus" (Imamat 11:45). Tuhan itu kudus. Dia membenci dosa-dosa manusia, sehingga standar untuk pertobatan sejati adalah ketika berbagai watak jahat dalam diri manusia— kecongkakan, kesombongan, keegoisan, kehinaan, pengkhianatan, dan kelicikan—telah ditahirkan dan diubahkan, ketika mereka melakukan firman Tuhan apa pun yang terjadi di sekeliling mereka, tidak lagi berbuat dosa atau menentang Tuhan, tetapi benar-benar menaati dan menghormati Tuhan, dan ketika mereka telah sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan. Hanya orang-orang seperti itulah yang telah benar-benar bertobat.
Mengapa Kita Belum Mencapai Pertobatan Sejati dalam Kepercayaan Kita kepada Tuhan
Beberapa orang mungkin bertanya, "Mengapa kita telah menerima penebusan Tuhan dan dosa-dosa kita telah diampuni, tetapi kita tidak mampu mencapai pertobatan sejati?" Ini terutama karena di Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan, di mana ini bukanlah pekerjaan mengubah watak manusia yang rusak. Mari kita membaca bagian Firman Tuhan lainnya, "Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Ia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia; Dia tidak melepaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menanggung dosa manusia sebagai korban penghapus dosa, tetapi juga membuat Tuhan wajib melakukan pekerjaan yang lebih besar untuk melepaskan manusia dari wataknya yang telah dirusak Iblis" ("Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan memberitahukan kepada kita bahwa di Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus hanya melakukan pekerjaan penebusan umat manusia, yang efeknya membuat orang mengaku dosa dan bertobat. Sebagai bagian dari pekerjaan penebusan, Tuhan Yesus berbicara tentang jalan pertobatan, Dia mengajar orang bagaimana mengaku dosa dan bertobat, memikul salib dan mengikuti Tuhan. Demikian juga, mereka harus mengasihi sesama seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri, mereka harus rendah hati, sabar, dan toleran, dan mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali, dan sebagainya. Ini semua adalah tuntutan terhadap manusia berdasarkan tingkat pertumbuhan manusia pada saat itu; ketika manusia berbuat dosa, mereka datang ke hadapan Tuhan Yesus untuk mengakui dosa-dosa mereka dan bertobat, dosa-dosa mereka diampuni, dan mereka berhak untuk datang ke hadapan Tuhan dan terus menyembah Tuhan. Semua yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus adalah kebenaran yang mampu dipahami oleh orang-orang pada zaman itu. Namun ini tidak melibatkan perubahan watak manusia, dan berapa pun banyaknya kita membaca Alkitab, bagaimana kita mengakui dosa dan bertobat, atau bagaimana kita menaklukkan diri kita sendiri, kita tetap tidak mampu membebaskan diri kita dari dosa dan mencapai pertobatan sejati.
Beberapa orang mungkin bertanya, "Mengapa kita telah menerima penebusan Tuhan dan dosa-dosa kita telah diampuni, tetapi kita tidak mampu mencapai pertobatan sejati?" Ini terutama karena di Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus melakukan pekerjaan penebusan, di mana ini bukanlah pekerjaan mengubah watak manusia yang rusak. Mari kita membaca bagian Firman Tuhan lainnya, "Meskipun Yesus melakukan banyak pekerjaan di antara manusia, Ia hanya menyelesaikan penebusan seluruh umat manusia dan menjadi korban penghapus dosa manusia; Dia tidak melepaskan manusia dari wataknya yang rusak. Menyelamatkan manusia sepenuhnya dari pengaruh Iblis tidak hanya membuat Yesus harus menanggung dosa manusia sebagai korban penghapus dosa, tetapi juga membuat Tuhan wajib melakukan pekerjaan yang lebih besar untuk melepaskan manusia dari wataknya yang telah dirusak Iblis" ("Kata Pengantar, Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan memberitahukan kepada kita bahwa di Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus hanya melakukan pekerjaan penebusan umat manusia, yang efeknya membuat orang mengaku dosa dan bertobat. Sebagai bagian dari pekerjaan penebusan, Tuhan Yesus berbicara tentang jalan pertobatan, Dia mengajar orang bagaimana mengaku dosa dan bertobat, memikul salib dan mengikuti Tuhan. Demikian juga, mereka harus mengasihi sesama seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri, mereka harus rendah hati, sabar, dan toleran, dan mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali, dan sebagainya. Ini semua adalah tuntutan terhadap manusia berdasarkan tingkat pertumbuhan manusia pada saat itu; ketika manusia berbuat dosa, mereka datang ke hadapan Tuhan Yesus untuk mengakui dosa-dosa mereka dan bertobat, dosa-dosa mereka diampuni, dan mereka berhak untuk datang ke hadapan Tuhan dan terus menyembah Tuhan. Semua yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus adalah kebenaran yang mampu dipahami oleh orang-orang pada zaman itu. Namun ini tidak melibatkan perubahan watak manusia, dan berapa pun banyaknya kita membaca Alkitab, bagaimana kita mengakui dosa dan bertobat, atau bagaimana kita menaklukkan diri kita sendiri, kita tetap tidak mampu membebaskan diri kita dari dosa dan mencapai pertobatan sejati.
Cara Mencapai Pertobatan Sejati
Jadi, bagaimana kita dapat mencapai pertobatan sejati? Tuhan Yesus bernubuat: "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu" (Yohanes 16:12-13). "Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya pada akhir zaman" (Yohanes 12:48). "Sucikanlah mereka dengan kebenaran-Mu: firman-Mu adalah kebenaran" (Yohanes 17:17). Firman Tuhan ini menunjukkan kepada kita bahwa karena tingkat pertumbuhan orang-orang pada zaman itu sangat rendah, selama Zaman Kasih Karunia Tuhan Yesus tidak mengungkapkan terlalu banyak kebenaran atau memberikan kepada kita cara untuk menyelesaikan natur-natur jahat kita. Jadi Tuhan bernubuat bahwa Dia akan datang kembali, bahwa Dia akan mengungkapkan kebenaran yang lebih tinggi, dan bahwa Dia akan melakukan pekerjaan menghakimi dan mentahirkan manusia, dengan demikian memungkinkan kita untuk sepenuhnya membebaskan diri kita dari belenggu dosa, serta ditahirkan dan diubahkan, dan hanya dengan menerima pekerjaan penghakiman dan penahiran saat kedatangan Tuhan kembali, barulah kita dapat mencapai pertobatan sejati.
Sekarang, Tuhan Yesus telah datang kembali: Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa yang berinkarnasi. Di atas dasar pekerjaan penebusan Tuhan Yesus, Tuhan Yang Mahakuasa telah melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai dari rumah Tuhan, Dia telah mengungkapkan semua kebenaran yang diperlukan untuk penyelamatan umat manusia, dan Dia telah datang untuk menghakimi, mentahirkan, dan menyempurnakan mereka yang menerima penyelamatan-Nya pada akhir zaman. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Pada akhir zaman, Kristus menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan hakikat manusia, dan membedah kata-kata dan perbuatan-perbuatannya. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia harus menaati Tuhan, bagaimana setia kepada Tuhan, bagaimana hidup dalam kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan lain-lain. Firman ini semuanya ditujukan pada hakikat manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan karena manusia merupakan perwujudan Iblis dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan bukannya begitu saja menjelaskan tentang natur manusia hanya dengan beberapa kata. Dia menyingkapkannya, menanganinya, dan memangkasnya sekian lama. Cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan ini tidak bisa digantikan dengan kata-kata biasa, tetapi dengan kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia sama sekali. Hanya cara-cara seperti ini yang dianggap penghakiman, hanya melalui penghakiman jenis ini manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya untuk tunduk kepada Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Tujuan pekerjaan penghakiman agar manusia mengetahui wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua hasil ini dicapai melalui pekerjaan penghakiman, karena substansi pekerjaan ini adalah pekerjaan membukakan kebenaran, jalan, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya" ("Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Kebenaran" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Ketika Tuhan Yang Mahakuasa mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menghakimi dan mentahirkan manusia pada akhir zaman, Dia tidak hanya memberitahukan kepada kita beberapa cara untuk melakukan pertobatan, tetapi mengungkapkan firman penghakiman, menyingkapkan natur dan hakikat kita yang tidak menaati Tuhan dan menentang Dia, dan kebenaran tentang kerusakan kita; Dia menganugerahkan kepada kita berbagai kebenaran, seperti cara untuk menjadi jujur, cara menaati Tuhan, cara mengasihi Tuhan, dan sebagainya, dengan demikian memberi kita jalan penerapan dalam segala sesuatu yang menimpa kita. Dengan mengalami penghakiman firman Tuhan, secara perlahan-lahan kita mulai mampu memahami betapa dalamnya kita telah dirusak oleh Iblis, dan bahwa natur dan hakikat kita dipenuhi dengan watak jahat, seperti kecongkakan dan merasa diri benar, keegoisan dan kehinaan, pengkhianatan dan kelicikan. Dengan hidup berdasarkan hal-hal ini, maka tidak ada keserupaan dengan manusia di dalam kehidupan kita, kita menjijikkan bagi orang lain dan, selain itu, kita menjijikkan dan memuakkan bagi Tuhan. Di tengah firman penghakiman Tuhan, kita memahami bahwa kita hina dan jahat, tidak layak hidup di hadapan Tuhan, dan baru pada saat itulah kita mulai membenci dosa-dosa kita dan ingin bertobat. Pada saat yang sama, kita mulai mengetahui watak Tuhan yang benar yang tidak menoleransi pelanggaran dan bahwa jika kita tidak melakukan kebenaran, kita pasti akan dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Baru setelah itulah rasa takut akan Tuhan lahir di hati kita, kita mulai meninggalkan daging dan melakukan kebenaran, secara perlahan-lahan kita mulai memiliki beberapa kenyataan tentang ketaatan kepada Tuhan, dan kita tidak lagi memberontak dan menentang Tuhan.
Dengan mengalami penghakiman dan hajaran dari Tuhan, kita sepenuhnya terlepas dari dosa, kita tidak lagi dibelenggu oleh natur kita yang jahat, dan kita bebas untuk melakukan firman Tuhan serta menaati dan menyembah Tuhan. Baru pada saat itulah kita dapat dikatakan telah benar-benar bertobat dan berubah, dan baru setelah itulah kita berhak memasuki kerajaan surga. Jelas sekali, menerima pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman adalah satu-satunya cara untuk mencapai pertobatan dan perubahan sejati. Pada titik ini, aku percaya bahwa sekarang engkau telah mulai memahami cara untuk mencapai pertobatan sejati—jadi, pilihan apa yang harus kita buat sekarang?
- Film Rohani - Mimpiku Tentang Kerajaan Surga - Bagaimana Orang Kristen Diangkat Di Hadapan Tuhan
- Film Rohani - Mimpiku Tentang Kerajaan Surga - Bagaimana Orang Kristen Diangkat Kekerajaan Surga
- Film Rohani Kristen | Kebangkitan | Bagaimana Orang Kristen Membebaskan Diri Dari Ikatan Kemasyhuran
- Renungan Harian Kristen: Apa Artinya Gadis Bijaksana?
- Bagaimana orang mengetahui makna penting pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik